Friday, April 11, 2008

Kurrrangg ajjuaaar ...

Saya hanya bisa membayangkan ekspresi itu, marah-kesel-sedih-kecewa istri saya yang kehilangan sebuah dompet berwarna coklat yang berisi berbagai kartu ATM, KTP, SIMcard Mentari dengan nomor favorit milik saya, entah apalagi .... dan tentu sejumlah uang tunai. Padahal cuma ditaruh di atas jok sepeda motor di depan rumah dan di tinggal masuk ke dalam rumah mengambil sesuatu ... eh lha kok?

Jelas istri saya lemes banget .. nggak nyangka lingkungan yang selama ini aman-sulaiman berubah menjadi sebuah terror ... kok iso dompet di depan rumah ditinggal beberapa saat sudah menguap, he ... Saat istri saya menelepon memberitahu tentang hal itu ... saya hanya berkata, "It's OK ... sabar ya Sayang, gak papa." Dalam kondisi normal pasti istri saya akan mbales, " Aku dah mbatin mesti gitu jawabane mas."
Lha wes piye maneh ...

Dompet, kartu ATM, SIM card, uang ... apapun yang kita miliki di dunia ini lak sejatinya bukan punya kita tho ... wong semua itu cuma titipan. Bahkan yang lebih dari itu ... nyawa yang menopang raga kita ke mana saja pergi, membuat kita eksis dan diakui sebagaimana MAHLUK HIDUP, juga cuma titipan ... Hal yang sama seperti anak, keluarga, pangkat, jabatan ... berlaku juga ... Seperti sunatullah yang berlaku di dunia ini, ada pertemuan maka ada pula perpisahan ... datang-pergi ... lahir-mati ... ada-tiada ... semua adalah rangkaian imajinasi kita untuk menjelaskan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu yang abadi/kekal.

Pemahaman ini yang menuntun saya untuk tetep cool menghadapi masalah hilangnya sebuah dompet di atas jok sepeda motor di depan rumah ... Sebenarnya banyak respon yang bisa kita lakukan menyangkut kejadian itu .... Istri saya bisa pingsan (baik pura-pura atau beneran), mengumpat dengan segala macam jurus-jurus umpatan koleksi terkini, menangis .. menyesali kekhilafan dirinya ... atau berkoar-koar menyalahkan lingkungan yang nggak aman ... menuduh seseorang yang pas ada di sekitar rumah kami saat itu ... Dan saya pun bisa merespon dengan memarahi atau mengumpat istri saya ... menyalahkannya ... atau mengambil sikap yang lain, misalnya dengan memaklumi dan mencoba mencari solusi.

Untunglah kami berdua memiliki komitmen untuk selalu memilih yang terakhir dari setiap alternatif atas sebuah permasalah yang menimpa kami. Apa yang sudah terjadi kan tidak mungkin di-rewind lagi ... yang sudah ya sudah ... sekarang bagaimana kita sebaiknya ... alternatif solusi apa saja yang mungkin kita lakukan untuk membuat keadaan kita menjadi lebih baik. Dan saya yang sedang jauh dari rumah hanya bisa menenangkan serta menghibur istri saya ... memotivasi dia supaya tidak berlarut dalam kesedihan dan kekecewaan ... serta tetap fokus pada aktifitas yang sekarang menjadi tanggung jawabnya.

Kita bisa memaknai banyak hal dari kejadian ini, mulai dari makna positif, negatif atau netral ... sama halnya dengan setiap respon yang kita berikan atas segala sesuatu yang menimpa dalam hidup kita, yang menurut saya sedikit banyak akan mencerminkan kualitas hidup kita. Alhamdulillah bahwa kami berdua masih diberi kesadaran untuk menerima semua ini dengan tenang dan lapang .. yakin bahwa dalam setiap hal pasti menyimpan pesan hidup yang sangat bermakna bagi kehidupan kita selanjutnya ...

Dan kalau ingat judul di atas, suatu hari kelak ... kami hanya tinggal akan menertawakannya ... karena hidup yang utuh selalu memberi kita berbagai pelajaran dan pengalaman berharga.

Tenang saja Jes, Allah pasti akan memudahkan semuanya buat kita ... yang penting kita tetep sabar ... tawakal, taqwa dan selalu berbuat baik ... semua ini lak kepunyaan Beliau Yang Mahasegala tho?
Ya tho?


No comments: