Thursday, April 24, 2008

Ayat-ayat Cinta = Pengecut?

Saya sempet meradang juga setelah membaca komentar salah satu wanita novelis Indonesia yang cukup terkemuka yang mengatakan film dan atau novel Ayat-ayat Cinta (AAC) adalah pengecut. Ia menulis bahwa AAC adalah menjiplak plot atau model-model film Holywood tahun 1950-an yang mana kebenaran, idealisme selalu menjadi pemenang dalam setiap temanya. Tidak ada alternatif lain dan selalu bicara tentang kemenangan atau keberhasilan di akhir ceritanya. Masih tulis dia lagi, bisa jadi Indonesia ketinggalan 50 tahun sama budaya Holywood sini (hehehe soale lagi deket sama Holywood sih ..). Yang lebih "menyakitkan" lagi AAC bicara soal patriarki dan poligami .... uummm I see the argument then .... hmmm.
Jujur saja, saya bukan pembela AAC, poligami, patriarki dan segala atributnya, cuma sayang seorang yang sudah cukup "mumpuni" di bidang sastra masih memuntahkan amunisi kebencian lewat komentarnya. Sekedar merefleksi, apakah film holywood sekarang nggak beda sama tahun 1950-an dulu? Frame yang saya pahami sampai sekarang, sejak kecil nonton film holywood ya selalu ada lakon dan mungsuh .... lakon pastilah nelangsa duluan tapi di akhir cerita bisa menang entah dengan cara bagaimana. Soal hubungan laki-laki dan perempuan, bukankah film holywood lebih vulgar ... ketemu, jatuh cinta ... injit-injit semut (silakan berimajinasi dengan frase ini he ...) dan akhirnya menang! Saya melihat dalam konteks ini hubungan laki-laki dan perempuan sangat bebass bangeeeet .... nilai apakah gerangan? Jika kita bicara tentang nilai, membandingkan AAC dengan gen re holywood jelas bagaikan air dan api (ceileee ..) itupun masih tergantung dari frame apa seseorang menganalisisnya. Sudah pasti dari kacamata liberalis, AAC itu film yang wagu banget ... religi banget ... norak banget ... memaksakan banget ... mana ada perempuan yang mau dikayagituin? Kebalikannya, menggunakan frame AAC, gen re holywood itu juga rusak banget ... nggak masuk nilai, akal dan etika banget ... dosa banget ... hehehe ... Jelas nggak akan ketemu kan?
Bagi saya AAC adalah sebuah terobosan, dengan segala kelebihan dan kekurangannya ... ada sebentuk pelajaran dan hikmah ... tidak hanya tentang poligami tapi lebih dari itu bagaimana sebuah toleransi intra dan inter agama dikembangkan. Saya akui orang Islam nggak semuanya baik ... tapi se-enggak baiknya orang Islam kan masih ada sisi yang baik, kayak sehitam-hitamnya orang pasti masih ada putihnya lah hehehe ...
Emang sih, semua itu lak fiksinya Kang Habib saja ... trus digarap sama Hanung Bramantyo biar bisa ditonton ... nggak cuma dibaca dowang ... salut buat beliau-beliau yang sudah berusaha ...
Soal kritik ... saya pasti akan mengkritik ... tapi dengan cara saya sendiri, yang meneduhkan dan penuh kasih sayang .... seperti semangat film-nya itu sendiri hehehehe ...
Bagi saya (lagi), AAC hanya diperuntukkan bagi mereka yang open minded dan mau menerima berbagai keganjilan hidup yang berkait dengan nilai, religi dan budaya umat manusia. Dan itu adalah pilihan kok ... sampeyan boleh nonton ... boleh juga tidak hehehe ...
Jempol ke atas buat Kang Habib dan Mas Hanung!

No comments: