Monday, April 21, 2008

Hidup ini cuma masalah nge-gas dan nge-rem

Ada yang menarik dan baru setiap saya mencermati Kenduri Cinta-nya Emha Ainun Najib. Religius tapi tidak memvonis, bicara tentang kebenaran namun tidak menjatuhkan, menghibur dengan Kyai Kanjeng atau musiknya, dan yang lebih penting menyodorkan sebentuk solusi dalam tataran personal ... bagaimana sebaiknya kita menyikapinya.

Pada KC bulan Oktober 2007 lalu, ada yang menarik saat Emha bicara mengenai hidup, ya sesederhana nge-gas dan nge-rem .. mengetahui kapan harus melampiaskan dan mengendalikan, tahu kapan harus melakukan sesuatu dan kapan menghentikannya, tahu kapan bicara kapan diam ... wes ngono iku! Katanya dengan logat Jawa Timuran.

Saya setuju banget ... karena hidup ini musti balance ... ada nilai-nilai yang harus ditaati, diikuti, diistiqomahi ... selain menuruti basic instinct kita hehehe ... Saya mengibaratkan dengan nilai humanisme dan ilahiah. Humanisme sebagai basic perilaku kita kadang nggak beda dengan hewanisme ... bertindak berdasarkan naluri, untuk kepuasan sendiri tanpa peduli dengan pihak lain (jadi inget tentang seleksi alam-nya Darwin, Natural Selection and Struggle of Exixtance-1859). Semua yang berdasarkan humanisme dan atau hewanisme perlu dikendalikan dengan nilai-nilai ilahiah itu ... mesti di-rem supaya tidak memiliki efek merugikan yang berlebihan. Ada pendapat orang, saya lupa namanya, bahwa manusia itu hewan yang sangat cerdas ... saking cerdasnya dia sampai melampaui keberadaan hewan, merasa lebih pinter dari hewan dan menolak mentah-mentah klasifikasi hewan hehehe ... please, jangan tersinggung.

Padahal sebuas-buasnya hewan, nggak akan makan anaknya sendiri, tapi manusia ? Wee lha .. silakan menilai sendiri ... Hewan berburu, mencari makan yang cukup untuk dimakan hari itu, kalo pun harus menyimpan .. ya itu untuk antisipasi musim yang tidak memungkinkan untuk keluar cari makan. Lha manusia? Ya monggo dipikir sendiri .... Hewan, khususnya si jantan, tanpa disuruh dan ditatar tahu tugas dan tanggung jawabnya, cari makan, jaga keamanan dan kehormatan keluarganya ... si betina tanpa disuluh dan dikursus tahu juga tugas memelihara dan mendidik anak-anaknya ... tanpa pernah protes soal kesetaraan ... Kalo manusia? Mari kita cermati secara pribadi ...

Saya tidak sedang mengagung-agungkan hewan, tapi mencoba mendekonstruksi nge-gas dan nge-rem menggunakan frame-nya Emha .. bagaimana tahu saat bicara dan diam, tahu saat melampiaskan dan mengendalikan ... lha untuk tahu lak harus ada sebentuk pengetahuan ... yang dapat mengontrol pelampiasan dan hasrat untuk bebas semau sendiri ... nilai yang berasal dari luar individu/pribadi yang dapat mengarahkan atau membatasi kerusakan yang (mungkin) terjadi.

Pernah saya diskusi dengan teman, kenapa kita harus nikah? Dari mana nilai pernikahan berasal? Kok ada acara nikah segala? Bukankah seperti hewan juga bisa ... hehehe walopun nggak semua hewan begitu, mereka nggak nikah tapi tahu dan mengerti nilai pernikahan, keluarga, tanggung jawab and so on and so on. Kita memang punya pilihan .. amu nikah atau tidak, tapi kenapa ada pernikahan? Hukum manusia? Dari mana asalnya kok seluruh dunia menyengkuyungnya?
wes .. tambah mumet tho?
Jelas, makin mumet kalo kita mung diskusi, udur-uduran ... tapi jal kita jalani .. nge-gas dan nge-rem dalam harmoni hukum alam atau hukum apapun yang memang ada untuk mengendalikan ke-hewan-an kita (nek binatang ndak dikira niru Chairil Anwar hehehe), dan rasakan bedanya ....

Agree or disagree is matur nuwun always!








No comments: