Saturday, May 31, 2008

Survival ... man!

Meski saya sedang tidak berada di Indonesia, saya bisa berempati atas penderitaan 220 juta sodara saya yang terkena imbas kenaikan BBM. Saat telepon orang tua saya, saya bisa menangkap nada kekhawatiran mereka. Iyalah dengan penghasilan sebagai PNS yang tentu sudah bakal dikurangi pinjaman sana-sini, bagaimana akan bisa survive dengan kenaikan BBM sebesar 20 %? Logika saya bilang, minimal solidaritas barang-barang dan jasa akan ikutan naik juga sebesar 25 %, jadi apa yang bisa dilakukan dengan BLT 100 ribu atau kenaikan gaji sebesar 15 %? Sungguh logika yang sangat naif!

Kadang saya bingung juga, sebagai orang yang sedang belajar tentang ilmu politik, negeri kita kan banyak ditongkrongi oleh para cendekiawan yang lulusan luar negeri universitas top-markotop sejagad ... tapi kenapa kok produk pemikiran mereka memble abis? Sama sekali tidak ada buah pikiran yang pro rakyat. Tapi sudahlah ... ngomongin mereka sampe superbusa-busa juga nggak bakalan memperbaiki keadaan ... hanya kita sendiri yang bisa memperbaiki keadaan kita, kan?

Kalau tidak salah, sejak jaman mahasiswa tahun 1997 saya sudah terbiasa (kata halus dari dipaksa!) untuk hidup prihatin. Bagaimana tidak, sepiring rames yang biasanya cuma 300 perak langsung melesat menjadi 700 bahkan 1000 perak! Makanya para mahasiswa kemudian banyak yang meradang ... soalnya mereka ini yang paling menderita dengan kondisi ekonomi yang acakadut ini. Apalagi jelas ada provokasi soal reformasi ... (hayo, ide siapa reformasi? kok ujung-ujugnnya malah jadi repot nasi kayak sekarang? pesenan syapa tuuh?) , maka bergeraklah mahasiswa ... mendobrak kemapanan rejim .. atas nama idealisme, keterbukaan ... eh nggak tahunya cuma dimanfaatkan saja, lha buktinya sekarang juga nggak beda jauh dengan dulu je .. KKN, silatkata, kongkalikong masih saja lestari ... yang dulu teriak-teriak pas dapet giliran ya diem saja je ..
Wes .. wes .. wes ..

Baikan ngomongin rakyat saja ya ... yang jelas bagi saya dengan adanya krisis ekonomi ini malah banyak manfaatnya :

Kita bisa lebih berhemat, menimbang-nimbang mana kebutuhan dan keinginan. Paling tidak sekarang muali mikir kalo akan mengeluarkan uang, perlu nggak ya?

Kita jadi berpikir lebih keras, mencari alternatif solusi, pendapatan, pengeluaran ... bagaimana menjaga cash flow tetap lancar ... Bayangkan, penghasilan tetap tapi pengeluaran bisa meningkat kira-kira hampir 30 %, gimana? Ya musti banyak akalnya tho agar semua kebutuhan terpenuhi dan nggak terjerumus utang!

Soal makan kita jadi lebih berhemat, bahasa halusnya DIET! Yang biasa makan 3 kali sehari dikurangi jadi 2 kali sehari ... yang biasa 2 kali sehari jadi 1 kali sehari ... yang biasa 1 x sehari ... ya puasa! Trus juga kreatif untuk mencari peluang makan gratis ... hehehe. Paling tidak, mengurangi makan (asal asupan gizinya tetep bagus) akan sangat bagus buat kesehatan, menghindari kegemukan dan kolesterol, he ...

First think first ... alias mencoba berpikir tentang prioritas ... mana yang perlu dan mendesak ... itu yang harus kita dahulukan. Jangan sering klayapan karena itu makan biaya, minimal bensin, parkir atau buat beli soft drink! Belum kalo tergoda beli sesuatu .. over budget ... tekorrr malah!

Lebih banyak menjadi religius .. inget Tuhan-Alloh ... tawakal .. semeleh ... semoga bukan karena krisis atau BBM naik, tapi karena memang kita manusia sangat dhoif, lemah ... baru bensin naik 28 % saja sudah banyak yang stress ... bingung .. jadi bereaksi negatif ... lha mbok yo sabar ... dipikir sing temen ... semua kan ada jalan keluarnya tho?

Lha ini semua lak bagian dari survival ... bagaimana bertahan hidup dengan cashflow yang mepeeeeet banget ...
Bagaimananapun ... mencoba berpikir positif nggak akan ada ruginya, hehehe


Wednesday, May 28, 2008

LOVE & CINTA

Awalnya sekedar iseng, saat rame-rame ada berita meninggalnya Sophan Sophian (SS) banyak media mengulas seputar aktivitas beliau, termasuk film terakhirnya LOVE yang diputar 14 Februari 2008. Iseng saya cari di youtube, eh ketemu versi Malaysia-nya CINTA yang juga disutradarai Kabir Bhatia. Ceritanya bagus juga, seputar cinta antara laki-laki perempuan; pacar, suami-istri, kakak-adik, janda-duda, dengan kemasan yang sangat natural, mengalir praktis tanpa dibumbui nafsu seperti genre barat. Ada teman yang bilang kok kayak LOVE ACTUALLY banget ya, jangan-jangan njiplak? Wah, bagi saya sih cinta itu universal. Njiplak? ya nggak lah wong plot, setting, dan karakternya beda banget. Kalo terinspirasi sih bisa jadi iya.
Sayang versi Indonesianya belum sempat saya dapatkan. Sempet nonton versi Malaysianya .. hm cukup bagus juga. Logatnya sih Malaysia abiss, tapi kita bisa baca English subtittle-nya. Dan ceritanya sangat menyentuh ... cinta adalah sesuatu yang sangat universal yang dimiliki oleh setiap manusia.
Kita bisa memaknai cinta karena kasihan, sayang, ingin memiliki atau pura-pura sekedar untuk mengejar kecantikan, ketampanan, harta, fasilitas, apapun itu ... tapi pada akhirnya adalah cinta sejati yakni cinta yang muncul dari hati kita, bukan dari sekedar nafsu atau keinginan kita semata. Cinta sebagai sebuah kata kerja yang rela MELAKUKAN sesuatu bagi orang lain; menyayangi, mengasihi, melayani, membantu, memahami, mengerti, bukannya sebuah kata benda yang hanya selalu ingin untuk disayangi, dilayani, dikasihi, dibantu, dipahami dan dimengerti.
Saya jadi ingat jika ada muda-mudi pacaran, kadang sambil lewat nguping juga hehehe ... semuanya serba indah, kadang muncul "tuntutan", kamu gini tho ... kamu nggak sayang tho sama aku ... kok kamu jahat banget nggak mau nganter aku ... Well, untungnya saya dan istri saya tidak pernah sampai sejauh itu, semua mengalir begitu saja dengan keyakinan, diskusi dan keterbukaan.
Saat kami berdua sedang berjauhan seperti ini, kadang ada saja mulut yang nakal memprovokasi satu sama lain. Bagi saya, istri ya istri. Tidak ada kemudian istilah istri dan pacar atau selingkuhan hehehe ... Jikalau kita menuruti nafsu kita, ya sudah habislah semuanya ... Kita jadi akan memperbandingkan apa yang SUDAH kita miliki dengan sesuatu yang BELUM kita miliki. Dan tahukah kita, bahwa apa yang kita miliki adalah yang terbaik bagi kita? Betapa banyak rumah tangga yang kocar-kacir karena memaknai CINTA sebagai sebuah kata benda, tanpa makna pengorbanan satu sama lain. Yang muncul hanyalah tuntutan ini-itu dan sebagainya. Ketika tuntutan bisa dipenuhi maka akan berbuat yang lebih-lebih dan lebih lagi.
Terlepas dari hukum agama, saya memaknai cinta sebagai sebuah kewajiban hidup satu sama lain. Cinta saya kepada orang tua saya bukan semata balas budi bahwa sekian tahun saya telah merepotkan mereka dengan segala tetek-bengek ulah dan penderitaan yang tiada habisnya. Cinta saya kepada mereka lebih kepada ungkapan rasa bersyukur bahwa saya telah menjadi insan yang mandiri, berkepribadian, sebagai hasil bentukan mereka. Sebagaimana halnya mereka dulu memaknai membesarkan dan mendidik anak sebagai kewajiban hidup .. maka meski saya telah dewasa, berumah tangga, mereka tetap menganggap saya sebagai anak yang kadang masih "dinasehati" hehehe ... Walaupun ada kebalikkannya juga, ketika mereka memasuki usia senja dengan produktifitas yang semakin menurun, berbagai penyakit mulai menghinggapi ... saya berusaha dengan sabar dan jenaka untuk menasehati mereka juga untuk mematuhi anjuran dokter demi kebaikan kita bersama. Mengingatkan untuk selalu bersyukur dan bersabar dengan semua hal. Menghitung pengorbanan mereka jelas akan sia-sia karena semua itu tidak bakal tergantikan. Mereka melakukan kewajiban hidup sebagai orang tua kepada anaknya dan sebagai anak bukannya kita juga punya kewajiban hidup kepada orang tua?
Cinta saya kepada istri saya lebih banyak karena usaha saya untuk menciptakan kemajuan dan harmoni di antara kita, bukannya sebagai imbal balik atas kerelaan dan kesetiaannya semata. Mungkin banyak wanita yang lebih cantik dan menarik dibandingkan dengan istri kita, tapi apakah mereka akan memiliki rasa, hati dan komitmen seperti istri kita? Jangan-jangan kita hanya terpedaya dan terpesona dengan chasing-nya saja hehehe
Cinta saya kepada kakak-adik dan saudara-saudara saya adalah cinta yang berupaya untuk mencapai pencerahan hidup, bukan karena ketakutan karena saya lebih muda atau lebih tua. Saya memang dibesarkan dalam budaya Jawa sehingga penghormatan kepada yang lebih tua jelas menjadi sebuah kewajiban, tapi saya juga mengalami didikan modern yang juga menekankan kepada akal dan alasan. Jadi dengan segala hormat, jika mereka yang lebih tua dari saya memiliki pendapat dan pemahaman yang berbeda, maka saya tidak segan-segan untuk mempertanyakannya atas nama kebaikan bersama. Saya berusaha menyemaikan benih-benih kesetaraan sehingga pendapat tidak boleh hanya dimonopoli oleh yang tua saja, tapi semua orang boleh berkontribusi untuk menemukan jalan yang terbaik.
Sejauh ini, ketika saya bisa menjalani semua itu dengan baik, ada rasa lega, puas dan kenikmatan yang tidak terkatakan di dalam sanubari saya. Ketika setiap tindakan saya membuat orang tua, istri, kakak, adik dan saudara saya tersenyum ... bagi saya itu sebuah karunia yang luar biasa. Menjalani dengan tulus, tanpa pamrih dan tendensi apapun ... senantiasa mengajak untuk berbuat baik ... dan berusaha menghargai pendapat orang lain.
Mungkin itu belum cukup ... tapi dalam tataran itu ... cinta bisa mencerahkan kita dan menjadikan hari-hari kita lebih berwarna. Percayalah ... ini bukan iklan!

Saturday, May 24, 2008

Owwalaaah ...

Ngeri, miris dan sedih rasanya ... melihat polisi merangsek masuk kampus Universitas Nasional Jakarta. Apalagi paska mereka merangsek, fasilitas kampus banyak yang rusak, eh ujung-ujungnya ada 2 granat nanas tertinggal di sana. Apa mahasiswa bisa punya granat? Apa maksudnya kok sampe ada granat di kampus pasca "penyerbuan" polisi.

Saya percaya, kampus bukan tempat steril bagi polisi, atau siapapun ... semua boleh masuk. Tapi kan ada tatacaranya ... sopan santunnya. Kalau ada yang melanggar hukum, ya koordinasi sama yang punya rumah, yang punya kampus. Jangan mentang-mentang punya senjata trus bisa berlaku seenak sendiri. Kalau negara kita negara hukum ... ya mari kita bicara soal hukum ... Hukum tidak mengijinkan siapapun menyakiti tanpa alasan ... tugas polisi adalah mengamankan! Bukan malah melakukan aksi yang menyebabkan kerugian pada pihak lain!

Ngomongin soal argumen, semua bisa berargumen. Polisi bisa bilang, siapa tahu mahasiswa yang merusak sendiri, oknum yang sengaja mengadu domba polisi dan mahasiswa (kata-kata oknum kayaknya sakti banget untuk menjadi kambing hitam!), bla bla bla ... Tapi anehnya, kok nggak ada wartawan yang boleh ngambil gambar ... ngikutin proses "penyerbuan" itu detik-demi-detik, paling tidak hasil liputannya bisa buat bukti. Ini lho kalo polisi nggak bersalah ...
Mana buktinya coba?
Akhirnya kita cuma bisa debat anjing ... tanpa ada bukti, tanpa ada saksi .. di mana keadilan akan muncul?

Kenapa sih masih saja ada ruang tertutup bagi publik untuk tahu kinerja polisi -mereka yang diangkat, dididik, dipersenjatai dan digaji dengan uang rakyat-? Mereka yang dipilih dengan berbagai syarat-syarat, dididik untuk MELAYANI DAN MENGAYOMI MASYARAKAT, tapi malah tidak memiliki empati dengan penderitaan masyarakat.

Come on, mereka cuma mahasiswa .. anak-anak kita juga kan?
Kalo mereka mabok, bawa ganja, senjata, atau apapun yang merugikan kepentingan umum ... tinggal tangkap saja kan beres. Nggak perlu dikejar, dipukul, ditendang ... digelandang kayak kriminal berat. Saya nggak tahu proses penyidikan para mahasiswa itu, ada pengacaranya apa tidak ... bisa diakses publik atau tidak ... Siapa bisa jamin tidak ada rekayasa di balik tembok tebal itu ... dan siapa akan percaya?

Sedih .. kejadian itu kayak anak kecil yang nglemparin orang dewasa pake kerikil ... orang dewasanya nggak terima terus anak kecilnya dikejar ... dijewer, tampar, pukul, tendang ... Bukannya polisi dikasih perisai dan perlengkapan anti huru-hara buat mempertahankan diri? Bukan buat offensif atau menyerang kan?

Coba kalo polisi diem, diprovokasi apapun diem ... wong punya perisai, punya tameng, helm, ada pemadam kebakaran ... yang lebih penting lagi punya otak untuk berpikir bahwa dia dibayar negara untuk mengamankan ... bukan membuat cilaka orang lain. Toh, akhirnya kalo capek, mahasiswa akan diem sendiri. Biarin aja mereka main timpuk-timpukan, yang penting saya aman .. mengamankan situasi dan masyarakat juga aman. Wes ...

Kenapa harus "menyerbu" masuk ... polisi ngerusak atau nggak, faktanya setelah penyerbuan keadaan jadi morat-marit, dan cilakanya nggak boleh ada wartawan yang mengambil gambar ... statement siapa yang bisa kita pegang dengan keadaan kayak gini. Owwalaaah ....


Tapi paling sedih, kenapa juga ada mahasiswa yang sampe anarkis gitu ... pake mabuk segala, bawa ganja, obat-obatan, miras, dan sajam. Kalau semua itu benar ... bangsa ini masih perlu banyak belajar untuk bisa bangkit dari budaya kekerasan. Tidak cuma aparatnya tapi juga rakyatnya. Kita bukan lagi berada di sistem kerajaan, yang kemampuan individu dilihat dari ilmu kanuragan/bela diri fisik semata. Tapi juga otak yang bisa berpikir lurus dan bener.

Di sini saya juga pernah berurusan dengan polisi, tapi mereka bisa memperlakukan orang lain dengan baik. Semua mengikuti prosedur, jika tidak ada aksi maka mereka, para polisi itu, tidak akan bereaksi, tidak akan menggunakan kekuatan fisik atau juga senjata. Dan setiap tindakan selalu diawali dengan imbauan persuasif, bukan perintah!

Tapi itu pikiran wong lugu ...
Pikiran wong idealis ...
Padahal di dunia ini idealis selalu dipinggirkan ...
Hari ini kekecewaanku kepada polisi semakin bertambah .... kok nggak pinter-pinter ...
Mestinya mereka bisa lebih pinter ngadepin mahasiswa ...
Mestinya ...
Owwwalaaah ....

Friday, May 23, 2008

Tornado


Hari Kamis 22 Mei 2008 ada hal yang luar biasa terjadi di Laramie: TORNADO!
Seumur-umur baru sekali ini katanya terjadi.
Dulu waktu anyaran di Laramie sering ditanyai sama orang rumah, gimana? ada tornado nggak? Lha saya ya nanya orang asli Laramie tentang kemungkinan sodara tornado silaturahmi ke Laramie yang tingginya sampai 2300 m dpl. Kata mereka sih nggak mungkin, Laramie kan dikelilingi pegunungan, tekanan udaranya nggak memungkinkan mengundang tornado naik ke sini. Ya sutralah ...
E.. nggak tahu kemarin ketika sedang asik-asiknya baca e-mail di perpustakaan, tiba-tiba ada pengumuman supaya kita semua pindah ke basement. Petugas perpustakaan dengan sigap mengawal kami ke basement dengan membawa emergency light. Waduh ... serius nih?
Di basement perpustakaan yang kebetulan juga laboratorium komputer ternyata sudah banyak orang, mereka pada bergerombol, ada yang nelpon keluarga, log in ke internet untuk melihat prakiraan cuaca (wah di sini OK banget, setiap menit selalu ada up date), berdiskusi kok bisa tornado sampe nyampe di Laramie, atau ngegosip ... tumben-tumben ada kejadian kayak gini. Walhasil, selama kurang lebih 3 jaman kami menunggu di basement (jadi tahu mengapa setiap rumah di Amerika memiliki basement, ternyata oh ternyata). Dan setiap 30 menit petugas informasi melaporkan perkembangan yang didapat dari National Weather Service atau UW Police Department.
Alhamdulillah di Laramie tidak ada korban jiwa, setelah reda kita monitor TV wilayah yang paling parah terkena adalah Weld County, Colorado, sekitar 50 mil dari Laramie. eh di Laramie ada juga nding, di beberapa tempat ada yang atapnya hilang, pagar, pintu, tapi sehat. Yang cukup merepotkan ya ternyata listrik mati sampai jam 2 keesokan harinya. Walhasil groceries diserbu dan makanan pada abis .. Lha sekarang saking modern-nya semua tergantung listrik je .. sumur pompa, heater, gas, microwave, jadinya gini kalo ada listrik mati ...
Ternyata nggak ada yang nggak mungkin ya ...


Monday, May 19, 2008

Kacian deh saya ...

Saya termasuk orang yg sensitif, apalagi untuk urusan pertemanan.
Awalnya, saya pikir dia bisa jadi temen saya.

Si oknum ini, terlihat menyenangkan dan smart! Keren deh pokoknya.
Hingga suatu saat, saya tau bahwa dia bukan teman yg cocok untuk dijadikan partner susah senang bersama.
Gelagat aneh, banyak terjadi dan saya cukup kecewa dengan model pertemanan seperti ini. Dia bisa dengan halus menusuk dari belakang dan say good bye dengan mimik "kasian deh lo"
sungguh bukan contoh seorang teman yang ngakunya, "rin, kalo kita ga saling percaya. siapa lagi yang bisa dipercaya di dunia ini."
Helloooow, gimana bisa percaya sama elo.

Kalo ternyata, elo ga lebih dari seorang ambisius yg tega banget!

sumber : rina

Rin rin .. nasib kok podho hehehe ..
Yo wes lah, Gusti Alloh kan ora sare ... sumeleh wae ... kabeh lak bakal ono itung-itungane ... (mode on * menghibur diri ^_^)
Kalo coro Amrik ya dogs eat dogs (thanks to Rahmat for this vocab), atau di Indonesia ya PMP alias pren makan pren hehehe ..
Emang kok, nggak selamanya orang baik itu tullluusss ... kadang mbaik-baikin kita hanya karena si oknum tadi punya interests, cuma mau memanfaatkan kita aja ... setelah selesai ya abis manis sepah dibuang ...
Makanya kalo ada orang baiiik banget ma kita, sedikit ati-ati lah ... jangan-jangan, hiii ... caaacuuuut!
Te-op-pe-be-ge-te kalo bisa gene ...
People may be unkind, just be kind.....
They may cheat, just be honest....
They may forget your good deeds, just do good.
It is between you & GOD, not you & them...
Hiks ... teganya dirimu teganyaaaa ...

Wednesday, May 14, 2008

Summer session

Hari-hari ini kampus sepi.
Perpustakaan sepi.
Union juga sepi.
Summer begini banyak yang kerja (part time atau just for the summer), uangnya buat bayar sekolah atau pergi keluar negeri. Jadi nggak ada atau sedikit cerita kalo anak muda Amerika keluar negeri pake duit ortu mereka (kecuali yang tajiirr banget!). Summer adalah saat yang paling tepat buat kerja, cari duit. Bayangpun ... Mei sampe Agustus .. 3 bulan buat kerja, kalo satu jam dibayar 7 dolar, sehari kerja 6 jam berarti sedina bisa ngumpulin uang 42 dolar. Seminggu kerja 5 hari maka dalam seminggu ada duit 210 dolar. Sebulan itu akan menjadi 840 dolar dan itu artinya kerja 3 bulan bisa dapet uang 2.520 dolar (kalo dirupiahkan .. hmm hampir 20 juta man!) Dan di sini, kerja keras apalagi saat summer udah menjadi kebiasaan!
Nggak cuma mahasiswanya, para professor juga iya, tapi mereka nggak kerja di luar universitas. Kebanyakan mereka sibuk dengan penelitian masing-masing, ikutan conference, atau ke luar negeri. Jadi walaupun summer tidak ada istilah libur, semua sibuk dengan urusan masing-masing.
Jadi kalo belum terbiasanya rasanya akan sangat menyiksa, ngantuk (palagi udara sangat mendukung), males ... dan jadinya malah tidak produktif.
Seandainya saja di Indonesia ada summer .. yang seperti ini, bukan summer yang disamakan dengan musim kemarau, tapi yang berarti adanya kebebasan untuk kerja, cari uang, atau pergi ke mana suka ... tanpa dibebani dengan kewajiban rutin ...
Seandainya ...

Monday, May 12, 2008

Kamu cuma sebatas catatan kaki ...

Pengin ketawa juga waktu seorang teman curhat kepada saya tentang "catatan kaki" bukan dalam arti sebenarnya, namun kiasan. Itu artinya seseorang "tidak dianggap keberadaannya", tidak penting, tidak diperlukan atau mungkin bahasa kerennya personna non grata.

Bukannya malah tersinggung ketika ada seorang teman lain yang mengatakan itu kepada saya, tapi saya justru malah bersyukur. Itu artinya saya tidak akan dibebani dengan berbagai atribut, penghargaan ataupun penghormatan. Lebih enak jadi manusia biasa, nggak ribet, nggak mikir image, nggak mikir standar tetek-bengek, menjalani hidup ini apa adanya dan mengalir seperti air.

Sama sekali bukan eufemisme, tapi saya rasakan betul sebagai sebuah hal yang biasa. Kenapa harus marah atau jengkel ... toh sebuah karya tulis tidak akan ada artinya tanpa catatan kaki hehehe ... Maksudnya, hidup ini kan sudah sangat lengkap dan canggih dengan peran kita masing-masing. Semua pasti punya peran, dan bagi saya yang terpenting adalah bagaimana kita menjalankan peran kita dengan sebaik-baiknya. Nggak perlu bingung dan cemas dengan peran orang lain. Mau dapat bintang lima atau bintang tujuh, itu hak setiap orang sesuai dengan usahanya.

Dan jika orang menilai kita hanya sebatas catatan kaki, ya silakan saja ... itu hak mereka buat ngomong apa saja, yang penting, kata Ibu Theresa itu, kita tetep saja tersenyyum dan menyelesaikan tugas kita dengan sebaik-baiknya. Hidup ini terlalu berharga untuk selalu kuatir dengan sikap dan penilaian orang lain ... let 'em roll ... we have to do the best for our life, isn't?


Sunday, May 11, 2008

Wisuda ..


Hari ini mungkin menjadi hari bersejarah dalam hidup saya ... wisuda!
Ya hari ini, Sabtu, 10 Mei 2008 saya diwisuda menjadi Master of Arts di University of Wyoming. Sesuatu yang semalaman saya pikirkan ... saya gundahkan ... menerima dan menjalani sistem yang sama sekali baru bagi saya. Di Amerika, meski thesis belum selesai, belum defense alias ujian, kita sudah diperbolehkan wisuda, istilahnya walking ... Dan itu berlaku bagi universitas-universitas yang cukup besar di Amerika sini.

Akhirnya harus saya jalani juga berbagai prosesi yang menunjukkan bahwa saya layak dan berkualifikasi menjadi seorang master, master of arts atau aslinya the licentia docendi alias memiliki hak penuh untuk mengajar (menilik dari kata-katanya, jangan-jangan kata dosen diambil dari sini ya ..).

Pertama, saya harus ngukur regalia yang terdiri cap, gown and hood atau simple-nya toga. Saya harus menyewanya seharga US $ 90 (jangan sekali-kali mengkonversikan dengan rupiah!). Kebetulan untuk tahun ini wisuda di UWYO menggunakan regalia yang baru, kalau biasanya hitam-hitam, sekarang brown and gold alias coklat dan kuning yang disesuaikan dengan warna UWYO. Jadilah regalia kami masih baru kinyis-kinyis seperti baru beli dari toko ..

Kedua, ya mengikuti profesi .. dengan mengisi nama lengkap (yang kemudian oleh staf College of Arts and Sciences dituliskan ejaannya), kota dan negara asal, judul thesis ... dan satu lagi, nama professor yang akan mengalungkan hood kepada saya, siapa lagi kalo bukan ibu professor Stephanie Anderson itu he ... Hood itu kalo di UWYO jadi ciri untuk master dan doctor ... bentuknya kayak pembalut segitiga untuk gawat-darurat atau setangan leher pramuka yang bersambungan di kedua ujungnya, mungkin juga kayak gendongan bayi yang tinggal pake itu. Bahannya dari beludru dan satin kombinasi warna putih, hitam, kuning dan coklat yang pemakaiannya dikalungkan.

Ketiga, menjalani prosesi wisuda yang dimulai dengan makan siang gratis ditraktir rektor hehehe Gila banget, mungkin ribuan porsi disediakan sama universitas untuk menjamu wisudawan dan keluarganya, nggak pake kupon, girik, atau apapun .. tinggal ngambil di tempat-tempat yang disediakan dan pelayan akan dengan ramah menyelamati dan memberikan jatah makan kita ...

Abis itu kita ke ruang transit untuk mengambil reader card yang berisi data kita yang akan dibacakan oleh Vice President of Academic Affair atau kalau di Indonesia ya pembantu/wakil rektor I (bidang akademik). Saya sempat tersenyum sesaat mengetahui setelah tulisan DZUNUWANUS GHULAM MANAR ada ejaannya yang kira-kira seperti ini Szuu-nu-wa-nuss A-gu-lam Ma-nare ... hehehe ... Di sini kita mulai make toga ... dan foto-foto! Setiap 5 menit dalam kurun waktu 30menit menjelang prosesi, ada pengumuman sehingga kita tahu secara pasti persiapannya. Kami para wisudawan berkumpul di plakat yang dibuat dengan sangat funky-nya yang menunjukkan identitas department.

Setelah itu kita berbaris memasuki lorong yang cukup panjang, di mana di kedua sisinya telah berdiri para faculty (professor) dengan regalia kebesaran mereka yang warna-warni, sambil bertepuk tangan atau menyemangati kita ... Go . go .. go ... Jadi proses menuju venue bagi saya sudah cukup mengharukan ... melihat wajah para professor yang sangat ceria menyambut kita.

Acara wisuda tidak menggunakan MC, sambutan-sambutan dan do'a he ... Semua sudah diatur dalam run down alias tata acara dan dekan lah yang pro aktif berbicara, mulai presiding, pengantar, pembacaan gelar doktor kehormatan bagi professor matematika dari New York University, penghargaan bagi lulusan terbaik, penghargaan bagi dosen terbaik, dan diakhiri dengan pengesahan gelar. Semua berlangsung mengalir adanya ... Termasuk ketika kami harus maju ke panggung satu-satu .. menunggu nama dibacakan, melangkah ke tengah panggung, dikalungi hood oleh professor favorit, salaman dengan department head, vice president of academic affair dan mendapat map ijasah dari dekan... turun ke panggung yang mana para faculty juga sudah berbaris rapi menyelamati kita .. kadang ada yang ngasih hug, bunga atau souvenir lain ... huuh, mengharukan ...

Dan tiga jam prosesi itu menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga, seperti kata Bu Anderson ... pada hari itu kalian akan duduk sama tinggi dan berdiri sejajar dengan para profesor. Mereka akan menyelamati dan meyambut kesuksesan kalian, kerja keras di depan komputer, di perpustakaan, stress ... semua akan terbayar pada saat wisuda. Semua wajah tersenyum ... termasuk professor yang mungkin biasanya killer hehehe ..

Akhirnya saya harus mensyukuri semua ini .. semua karunia Allah Ta'ala yang kadang kita tidak atau belum tahu hikmah dan maknanya. Bagi saya, wisuda ketika thesis baru sepertiganya menjadi pemicu ... bahwa saya harus lebih baik, lebih giat, dan lebih keras lagi dalam berusaha ...menjadikan thesis sebagai sebuah karya akademik yang bisa dibanggakan, termasuk keberadaan saya bersama teman-teman di University of Wyoming ini.



Friday, May 9, 2008

Hakekat Pernikahan

Email dari seorang teman ini sangat menggetarkan hati, semoga bermanfaat bagi kita semua ... baik yang sudah maupun belum menikah.
Percayalah ... menikah itu sangat indah!

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi,
usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam.
Pak Suyatno 58 tahun ,
kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit dan juga sudah tua.

Mereka menikah sudah lebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak,
dan di sinilah awal cobaan menerpa.
Setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh
dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun.
Menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah,
bahkan terasa tidak bertulang,
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran,
menyuapi dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV,
supaya istrinya tidak merasa kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum,
untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya
sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang,
sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian
dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi,
sambil menceritakan apa-apa saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi,
Pak Suyatno sudah cukup senang,
bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun,
dengan sabar dia merawat istrinya,
bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka.
Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa dan tinggal si bungsu yang masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul di rumah orang tua mereka
sambil menjenguk ibunya.
Karena setelah anak menikah mereka tinggal dengan keluarga masing-masing
dan Pak Suyatno memutuskan untuk merawat ibu mereka,
yang dia inginkan hanya satu, semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata,
"Pak kami ingin sekali merawat ibu,
semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu,
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak .......
bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu",
dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya
"Sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi,
kami rasa ibupun akan mengijinkannya,
kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini ...
kami sudah tidak tega melihat bapak,
kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga oleh anak-anaknya.
"Anak-anakku ...
Jikalau perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu,
mungkin bapak akan menikah .....
tapi ketahuilah ...
dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,
dia telah melahirkan kalian ..."

Sejenak kerongkongannya tersekat.

"Kalian yang selalu kurindukan hadir didunia ini
dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.
Coba kalian tanya ibumu
apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?
Kalian menginginkan bapak bahagia,
apakah batin bapak bisa bahagia dengan meninggalkan ibumu
dalam keadaan seperti sekarang?
Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit?"

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno,
merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno ...
dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu..

"Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian)
maka itu adalah kesia-siaan."

"Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya,
dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya,
mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan matanya,
dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu ...
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama ...
dan itu merupakan ujian bagi saya,
apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya?
Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya
apalagi ketika dia sakit ..."


Semoga kita selalu memiliki cinta, yang selalu dapat kita bagikan kepada istri, suami, anak-anak serta orang-orang di sekitar kita.

Saturday, May 3, 2008

An Evening with Balinese Music and Dance

Malam ini ada yang berbeda di University of Wyoming ... sejak jam 6 sore kurang dikit kami sudah "berdandan" batik ria menyongsong pagelaran Tari dan Musik Bali di Education Auditorium. Kami mendapatkan undangan resmi via email (di sini ga perlu undangan formal atau fisik, kecuali PENTING BANGET! efisien kan?) dari Professor Anderson, tapi jauh hari Professor Rott Garnet yang ngajar di College of Music dan cinta banget sama gamelan Bali sudah mewanti-wanti saya untuk datang.

Kami datang pas acara makan mau dimulai (pas banget! free food ... prioritas mahasiswa di seluruh dunia, hehehe), saat itu ada sambutan dari Pak Made Lasmawan, orang Bali yang jadi pengajar gamelan di Colorado dan Laramie, yang di dalamnya ada banyak ucapan terima kasih buat semua orang termasuk kami mahasiswa Indonesia yang telah sudi datang dan berbatik ria. Ada juga sambutan dari Pak Herry Hotma dari Konsul Jendral Los Angeles yang diakhiri dengan sambutan Prof. Garnet (kadang kita risih juga .. kok banyak sambutan, he ..). Abis itu tanpa dikomando (khususnya beberapa mahasiswa Indonesia ... sorry dude ..) semua yang hadir menyerbu meja makan ... ada menu daun-daunan (salad), fresh roll dari Vietnam (ini bisa bikin fitnah ...), sate sapi dan ayam (hmm yumiie) lengkap dengan bumbu kacang yang aduhai nikmatnya, plus dessert dan es teler. Sayangnya karena saking bersemangatnya teman-teman saya mengambil sate ... blas, saya nggak kebagian (it's so sad really ... palagi di luar ga ada yang jualan sate, hiks ...), ya sudah lah .. maklum anak kos dan jauh dari rumah ortu hehehe ..... Sebenernya kadang saya ngelus dada (saya sendiri) kalo ngeliat kelakuan beberapa temen saya ... nggak bisa ninggalin "budaya primitif" dalam soal makanan dan yang gratis-gratis he ... Selalu pingin nomer satu dan mengambil yang lebih banyak dari jatah normalnya ... ing atase sate sak tikruk gitu bisa wassalam dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, hiks ... Soale yang londo-londo bule itu ngambil cuma 2-3 biji ... lha Indonesian kalo belum 5 atau 7 biji belum lheb! Tobat-tobat ...(wes Ghul ... ojo mulai ngrasani .. Ups, sorry ^_^)

Abis itu kita turun ke auditorium karena acara mau dimulai ...
Jujur saya saya salut banget sama Pak Made, Prof. Garnet dan para londo-londo itu yang mau berpakaian adat Bali (pakai kebaya, kain, pasti ribet buat mereka ..) belum setiap minggu secara rutin latihan gamelan ... kebanyakan dari mereka datang dari Denver (2 jam berkendara dari Laramie), membawa truk kargo memuat seperangkat gamelan Bali lengkap dengan asesorisnya plus sodara Barong yang luar biasa gede dan berat ... Haru rasanya hati ini ... dan nggak ada komentar yang negatif (mbagusi atau sok-sokan misalnya seperti kita kalo ada orang yang mau mendalami budaya lain khususnya dari Barat, kadang dituduh sok-sokan, nggak mau ngopeni budaya sendiri dan segala caci-maki benci). Semua terlihat riang dan senang ... sejak mulai sampai harus usung-usung gamelan ... saya nggak melihat sedikit pun gurat lelah atau kesal pada wajah mereka.

Banyak pertanyaan berkecamuk ... piye Ghul, budayamu? Sebagai orang Indonesia apa yang sudah kamu lakukan untuk menjaga dan melestarikan budayamu? Kok malah mereka yang bule-bule itu yang nguri-uri budayamu ... Yah, bener .. itu hak mereka ... tapi sebagai anak negeri dan anak bangsa, apa kontribusimu? Lidah saya kelu, tenggorokan saya tercekat ... Pertunjukan malam itu luar biasa ... wonderful performance .. Beda jauh dengan apa yang saya sering rasakan tentang negeri saya .. dengan problematika korupsi, konflik, kemiskinan, keterbelakangan, ketidakjujuran, dan semua yang saya rasakan sebagai sebuah paradoks dari apa yang sering dipromosikan tentang pariwisata dan image sebagai bangsa timur yang penuh dengan kesederhanaan, penghargaan terhadap alam dan bangsa yang bermartabat ...

Saya pulang dengan berjuta gundah yang berkecamuk ... meski ada sebersit rasa bangga sebagai anak bangsa ... Bali, gamelan, pariwisata, Indonesia ... semoga semua akan seperti yang ada di DVD promosi yang dibagikan cuma-cuma oleh staf Konsul Jendral itu ... semoga ..