Tuesday, January 27, 2009

"Malaikat-malaikat" di pinggir jalan

Hmm ada yang aneh memasuki tahun baru 2009.
Di pinggir-pinggir jalan mulai kita mulai para "malaikat"...
Orang-orang yang menggumbar mantra-mantra keramat 
Menawarkan janji-janji surga akan kemapanan, kesejahteraan dan kebaikan bersama.

... Yakinlah .. pilihlah .. centrang lah saya ...
.. Karena saya bisa membikin sampeyan semua sejahtera ..
.. Saya orangnya bersih dan jujur lho ... juga peduli ..
.. Pokoknya ingat brengosnya .. centrang ya ..
... Jangan lupa .. gelar saya Prof. Dr. something-something ... pilih saya ya, please ...
.. Saya orang desa lho, tepatnya Putra Daerah .. anti korupsi dan suka beramal .. 
... Pilih saya .. dan insya Alloh hidup kita sejahtera ...
... Saya anak Pak Anu pahlawan ini-itu .. akan saya teruskan perjuangan Bapak saya, coblos saya yaaaa ...
.. Kalau saya pecinta hati nurani, anti korupsi, anarki dan mbagusi, pilih saya saja ya ..
... Konco dewe, putra daerah dan tidak suka macem-macem .. jangan lupa ...
.. Pilih mas ganteng dan mbak ayu ya .. dijamin jossss ...
(whe lha ini iklan apa ya?)

Melihat ocehan mereka dengan sederet pose berbagai posisi rasanya saya jadi tambah pusing. Sejak kapan acara milih wakil yang mau jungkir-balik buat mikirin perut dan masa depan ribuan bahkan jutaan orang jadi iklan-iklan murahan kayak begini. Cuma bermodal mantra, tampang, poster ukuran aduhai plus manis-manis janji dan muka (atau di manis-manisin ya?) sudah berani mengklaim harapan setinggi gunung.
Apakah dari display-display di pinggir jalan itu kita jadi tahu bahwa mereka-mereka bakal jadi wakil kita yang tepat .. tidak akan ngapusi dan ngakali, bahkan rela nggak gajian atau terima uang apapun sebelum kita, rakyat yang mereka wakili, lebih dulu sejahtera.
Bagaimana kita tahu kalau mereka orang yang tepat?
Apa dasar kita milih mereka? 
Tampang yang cakep? Kaya? Baik hati? Dermawan?
Lha itu semua lak punyanya malaikat betulan (he he he ..)
Repot lagi kalo latar belakang mereka cuma penganggur, pensiunan, atau profesi yang tidak jelas juntrungnya. Mau dikemanaken negara kita tercinta ini?
Apa jaminan mereka tidak akan menghianati kita di tengah jalan?


O alah malaikat-malaikat di pinggir jalan,
mbok sesekali datanglah ke gubuk kami, 
lihatlah tempat kami menyimpan beras,
tengoklah tempat sekolah anak-anak kami,
antrilah di puskesmas .. rumah sakit ..
atau sesekali uyel-uyelan menyapa kami di bis, kereta api atau kapal kelas ekonomi ..
perhatikan rumah dan lingkungan kami di kala hujan ...
kunjungilah warung-warung di sekitar rumah kami dan bukalah buku-buku bon-nya ..
duduklah barang satu jam di pojok pasar dan terminal ...
atau perhatikanlah pak polisi lalu lintas di sepanjang hari,
bercandalah dengan guru-guru wiyata bakti, 
pegawai honorer di kantor-kantor,
para pengemis, pemulung dan gelandangan yang tidur di pinggir-pinggir jalan ..
Kalau sampeyan sudah melakukan itu semua ...
ndak perlu poster-posteran .. partai, wajah atau nama sampeyan bakal saya centrang blog pake spidol besar .. sebagai bukti kalau sampeyan benar-benar malaikat buat kami ...

Ini asliiii bukan ngapusi!