Monday, May 14, 2012

Menepis Galau

Nampaknya galau sedang menjadi tren dewasa ini. Kebingungan, kegamangan dan berhenti pada satu titik alias stuck dengan beragam manifestasinya seperti malas, resah, gelisah, gundah menjangkiti hampir semua kalangan. Mungkin masalahnya karena pikiran, pasangan, urusan yang belum selesai, uang atau kecengan. Anyway, pengamatan dan pengalaman saya menyimpulkan galau sangat kontraproduktif. Hal yang seharusnya dikerjakan menjadi ditunda, hal yang harus diselesaikan malah di-cancel atau dihindari,masalah yang harus diselesaikan malah diabaikan.Ujung-ujungnya segala yang harus dilakukan jadi tercerai berai tidak karuan. Jelas itu semua bikin biaya menjadi nambah. Stok kesabaran dan emosi melorot drastis dan ujungnya bisa-bisa bikin stress.

Jadi harus bagaimana?

Galau akan semakin parah jika kita tidak melakukan reorientasi urusan dan waktu, untuk itu cobalah untuk berhenti sejenak ... stop internet, matikan HP, cari tempat yang nyaman, bawalah balpoint dan kertas kosong.
Mulailah menuliskan ..
1. Urusan-urusan yang harus kita kerjakan beserta tenggat waktunya.
2. Waktu yang kita miliki selama 24 jam dalam sehari
3. Reorientasi dengan membuat prioritas urusan dan alokasi waktunya.

Jika sudah ketemu maka MULAILAH, jangan lupa berdoa memohon kepada Tuhan untuk memberikan kekuatan dan kelancaran.

Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi KETAKUTAN yang membuat kita sulit.
Karenanya jangan pernah menyerah.
Nyatakan bahwa saya punya Tuhan yang Mahasegalanya untuk mengatasi segala masalah-masalah saya.

-contekan BBM dari mas Dimas, ali bin abi thalib-

Tetap semangat! 
   

Saturday, March 3, 2012

Kepemimpinan dan Kemandirian Nasional

Membaca koral lokal hari Jumat, 2 Maret 2010 tentang mobil esemka yang tidak lulus uji emisi BPPT serta pro dan kontra yang menyertainya seolah menghentak kesadaran saya sebagai anak bangsa. Terlepas dari setuju atau tidak setuju adanya mobil esemka, saya melihat adanya momentum kebangkitan nasional dengan munculnya mobil buatan siswa-siswa SMK ini. Momentum tersebut adalah sebuah inisiasi untuk menunjukkan keberadaan kita sebagai bangsa yang mampu menghasilkan sebuah produk, bukan hanya bangsa yang rakus menyantap produk-produk luar negeri saja. Gegap-gempita sambutan kemunculan SMK yang ditandai dengan heboh ­pre order yang mencapai ratusan unit dalam waktu singkat menunjukkan adanya pengakuan dan apresiasi dari warga masyarakat. Lantas di mana pemerintah di tengah euforia mobil esemka ini? Kita tidak melihat keberpihakan pemerintah dalam kasus ini, apakah akan mendukung atau justru akan memberangus nantinya atas nama kepentingan modal yang lebih besar.

Sejak berita heboh mobil Kiat Esemka di berbagai media, publik tidak melihat pemerintah (dalam hal ini presiden) memberikan respons. Nampaknya kehebohan ini biarlah menjadi kehebohan rakyat jelata saja. Mungkin saja pemerintah sudah sibuk dengan urusannya, termasuk partainya masing-masing. Jika demikian apakah pemerintah sudah berlaku secara patut menjalankan tugasnya? Mari kita lihat sejenak konstitusi kita UUD 1945. Tengoklah dan cermati alinea ke-4nya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, …

You see … Konstitusi mengamanatkan bahwa pemerintah harus melakukan tindakan yang memiliki tujuan dengan dimensi sangat besar sebagaimana telah disebutkan oleh konstitusi di atas. Jika kita cermati ternyata pemerintah kita tidak melakukan sesuatu, what should we conclude then? Apa yang bisa kita simpulkan atau kita nilai atas sikap pemerintah tersebut?

Saya membuka interpretasi dan apresiasi dari Anda sekalian para pembaca, namun sejauh yang saya yakini, dengan tidak melakukan apa-apa maka pemerintah kita tidak cukup serius melaksanakan amanat konstitusi. Mobil esemka jika dibandingkan dengan mobil konvensional buatan pabrik tentunya jauh berbeda. Namun perlu diingat bahwa mobil ini adalah karya anak bangsa yang perlu didukung dan didorong untuk menjadi bukti eksistensi penguasaan teknologi. Bukan mustahil hal ini menjadi starting point industri otomotif nasional yang merupakan karya asli anak bangsa. Sudah barang tentu hal ini akan memberikan multipier effect yang sangat besar di bidang teknologi, ekonomi, kebanggaan sebagai bangsa serta sosial.

Jika industri otomotif nasional berkembang maka teknologi pada sektor lain akan turut terpacu sehingga teknologi nasional akan semakin kompetitif. Dampak lain pada bidang ekonomi akan mengundang arus perputaran uang yang besar untuk modal dan penyerapan tenaga kerja. Pembukaan lapangan kerja secara tidak langsung akan menggerakkan ekonomi lokal, regional bahkan mungkin dalam skala nasional. Di luar itu, produksi mobil nasional yang mampu bersaing dengan produk luar akan memompa semangat nasionalisme dan membuktikan bahwa kita bukan bangsa konsumtif serta pecundang. Kita mampu dengan kepala tegak menunjukkan karya asli kita yang dapat menjadi kebanggaan nasional. Oleh karena itu, dari hal yang sederhana tersebut akan memberikan beragam keuntungan bagi bangsa pada masa mendatang.

Namun, kembali kepada pemerintah apakah pikiran semacam itu ada? Apakah kepemimpinan nasional sekarang ini menyadari bahwa setiap upaya dan produk yang dihasilkan anak bangsa akan memiliki dampak yang besar pada kemudian hari?

Kepemimpinan adalah proses manajemen yang berpadu dengan seni interpersonal untuk mencapai sebuah tujuan. Sudah barang tentu kepemimpinan ditandai dengan kerelaan untuk berpikir dan bertindak yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat luas. Kebalikannya, tidak adanya tindakan justru akan mendorong kepada delegitimasi dan kegagalan proses kepemimpinan itu sendiri. Jika pemimpin tidak mau bertindak maka perlu dipertanyakan obsesi besarnya untuk membawa bangsa ini kepada tujuan-tujuan besar sebagaimana yang telah digembar-gemborkan saat kampanye dulu. Bangsa membutuhkan kepemimpinan yang dapat mendorong kinerja dan kreatifitas untuk mencapai hasil yang nyata dan konkret. Hal-hal seperti ini yang dalam jangka panjang akan mendorong terciptanya kemandirian nasional karena kepemilikan keunggulan, baik dalam bidang teknologi, ekonomi, sumber daya maupun nation pride.

Monday, April 26, 2010

TRUK SAMPAH

Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara. Kami melaju pada jalur yg benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut. Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya & memaki ke arah kami. Supir taxi hanya tersenyum & melambai pada orang tersebut. Saya sangat heran dgn sikapnya yg bersahabat. Saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!"

Saat itulah saya belajar dari supir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut "Hukum Truk Sampah". Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya & seringkali mereka membuangnya kepada anda. Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup. Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan.

Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati. Hidup ini terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan penyesalan, maka kasihilah orang yang memperlakukan anda dengan benar, berdoalah bagi yang tidak.

Hidup itu 10% mengenai apa yang kau buat dengannya dan 90% tentang bagaimana kamu MENYIKAPINYA ....

U CHOOSE TO BE HAPPY OR GRUMPY .. IT'S JUST A MATTER OF CHOICE !!!

Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.

Selamat menikmati hidup yang diberkati & bebas dari "sampah"

(dari seorang teman di milis)