Wednesday, June 25, 2008

Di mana hati nurani polisi?

Kok lagi-lagi polisi yang mewarnai headline media massa di tanah air, mending kalo prestasi, lha ini ketidakprofesionalan je ... Coba simak artikel tentang Juli Nicodemus Paat (12) yang menjadi korban ketidakprofesionalan polisi. Bocah 12 tahun kok ikutan digaruk dan tanpa ba bi bu diperlakukan kaya tahanan lain. Nggak masuk akal tho ... tahanan itu lak wes ketangkep, di bawah penguasaan polisi, e lha kok sempet-sempetnya diperlakukan dengan (sangat) tidak manusiawi, dipukul, ditelanjangi (kaya yang mahasiswa UNAS itu), belum lagi perilaku di balik tembok yang tidak boleh diketahui oleh masyarakat awam.
Sedih .. sedih .. sedih ...
Lihatlah perilaku polisi kita di tayangan kriminal tv-tv swasta, bagaimana mereka memperlakukan penjahat kelas teri yang ecek-ecek itu dan bandingkan dengan ketika mereka memperlakukan pesakitan semacam Rusdihardjo, Habib Rizieq, Muchdi Pr, atau Al Amin Nasution ... apa sih yang ada di benak mereka? Toh mereka sama-sama tersangka kriminal .. lha kok beda?
Lihatlah juga rekaman kamera ketika mereka menangani demonstrasi ... apa hak mereka untuk memukul, berlaku kasar dan offensive? Bohong banget kalo dibandingkan dengan simulasi anti huru-hara yang notabene temen-temen mereka sendiri .. giliran pas beneran .. uh, ketahuan aslinya. Main pukul, tampar, tendang, ... ada nggak tuh di SOP?
Saya bukannya lagi sinis, tapi apa yang ada merefleksikan sebuah fenomena "sakit sosial" polisi kita, bahkan saya katakan nggak punya hati nurani. Itu baru kasus yang massal, bagaimana dengan kasus yang sepele, misalnya laporan kehilangan dompet, laporan meninggal karena kecelakaan, mengambil barang bukti, bagaimana SOP dan perlakuan polisi?
Tiga kali saya mengalami peristiwa kasus kehilangan dompet, 2 diantaranya dimintai uang "sekedarnya untuk administrasi" atas surat laporan yang dibuat. Gila! Sudah tahu dompetnya ilang ... boro-boro dibantu nyari, dipermudah urusannya, eh malah dibebani dengan harus mengeluarkan uang, duit dari mana? Apa sih yang dibenak para polisi kita saat melayani kita, masyarakat ... bener-bener melayani, membantu ataukah menambah beban? Kalo duit operasional kurang, ya minta ke masyarakat dengan baik lah ... bikin prosedur .. tanda bukti terima uang ... legal gitu, jadi masyarakat tahu .. oh untuk urusan ini saya harus keluar duit sekian. Jangan hanya kalo ke atasannya saja manis banget tapi giliran sama masyarakat "menekan". Mungkin saking stress-nya jadi kalo ada korban, kayak mahasiswa atau pesakitan yang tertangkap mereka bisa memperlakukan seenaknya sekedar sebagai pelampiasan. Wallahu'alam ...
Selama polisi belum punya SOP (standard operation procedure) yang bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat, selama proses recruitment mereka belum transparan, selama audit anggaran mereka tidak dilakukan oleh auditor publik, dan selama pembawaan dan perilaku, baik kantor maupun individunya "serem", jangan harap kita akan mendapatkan polisi kita yang punya hati nurani, melayani dan mengayomi masyarakat.
Salut buat para polisi yang ada di daerah "kering", yang ada di polsek-polsek, satuan bimmas dan yanmas ... ujung tombak pelayanan masyarakat kita yang secara internal mereka "dianaktirikan", bagi saya Anda semua adalah polisi yang sejati .. sepanjang pelayanan dan keberadaan Anda tulus dan benar-benar mengabdi kepada kepentingan masyarakat.
Selamat hari Bhayangkara ... semoga polisi semakin punya hati nurani!

No comments: