Thursday, June 26, 2008

Bagi-bagi duit kerajaan

Baca Suara Merdeka pagi ini saya kepengin ketawa ngakak-kak-kak ...
Katanya sudah reformasi dan demokrasi tapi nyatanya masih banyak yang bermental garong tapi gak pake kucing hehehe ...
Masak gara-gara bantuan langsung masyarakat (BLM) dihabiskan bupati, sodara ketua DPRD malah marah-marah? Katanya ada kesepakatan bagi-bagi jatah ... ah bisa saja bapak ketua DPRD satu ini, lha emang tugas sampeyan apa tho kok mau ikut-ikutan bagi uang segala? Gawat ini kalo urusan uang di negara saya yang katanya toto tentrem kerto raharjo selalu saja jadi ribut ... mulai uang cepek yang sekelas pak Ogah, tukang parkir atau pengamen ... sampe uang yang sedengan sekelas "uang administrasi" atau "susu tante" alias sumbangan sukarela tanpa tekanan (tapi dengan ancaman huehuehue ..) ... atau "uang terima kasih" yang tempo hari ketahuan sampai 6 milyar.
Jujur saja saya salut dengan ibu bupati (yang semoga saya tidak salah sangka karena katanya beliau mau maju nyalon lagi hehehe), yang berani berkata bahwa bantuan langsung masyarakat itu lak urusannya eksekutif, urusan legislatif ya SETUJU atau TIDAK, tanda tangan dan stempel ... beresss tho? E lha kok mau saja ikut-ikutan mbagi duit, kok kurang kerjaan sekali sepertinya. Bukannya masing-masing sudah jelas tugasnya ... satu merencanakan dan menyetujui, satunya lagi melaksanakan? Ada apa-ada apa hayooooo?
Habis baca artikel itu saya jadi inget tentang sebuah mimpi, mimpi ketemu teman saya yang menjadi punggawa di sebuah kerjaan nun jauh di sana. Dia adalah bawahan patih yang setia, loyal dan cakap .. ngganteng lagi (ning sedikit saja ndak nanti dia ge er abis kalau baca ini huehuehue). Nha, berdasarkan SOTK (struktur organisasi dan tata kerja kerajaan) dia di plot di bagian pembangunan ... yang tugasnya ngurus semua hal yang berkait dengan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring tapi tidak pake evaluasi karena duitnya nggak cukup hehehe ..
Nha saking majunya kerajaan ini, mereka mengadopsi sistem perwakilan kerajaan yang anggotanya dipilih melalui golongan-golongan. Singkat kata 100 orang anggota dewan perwakilan kerajaan telah duduk di sebuah gedung yang terhormat dengan tugas memberi persetujuan kepada raja atas upeti, belanja kerajaan, pembangunan dan urusan teknis yang lain. Tentunya sebagai wakil rakyat di kerajaan yang ikut menentukan kebijakan kerajaan pastilah mereka memikirkan dan meneruskan aspirasi rakyat yang diwakilinya. Tapi eee apa lacur, kelakuan mereka tidak beda dengan para berandal alas alias penjahat hutan belantara. Selalu saja ada upaya untuk menggerogoti keuangan kerajaan dengan dalih untuk kunjungan kerja kerajaan (K3), asuransi, beasiswa, purnabakti dan lain sebagainya. Belum lagi tuntutan seorang wakil harus punya seperangkat kereta kencana dengan kuda dan kusir terbaik, pakaian gemerlapan sebagai cerminan kemakmuran kerajaan .. jangan kalah sama rajanya, dan fasilitas yang lain.
Nha suatu ketika sang raja dipaksa untuk meluluskan sebuah program bantuan pembangunan kepada masyarakat (raja ya mau saja karena 100 lawan 1 je .. lagian mungkin juga dapat bagian juga? siapa tahu wong deal-nya tertutup untuk umum) sebesar 2,5 milyar. Sudah tentu saya sebagai masyarakat saya sangat gembira ria ... lumayan bisa buat memperbaiki genting yang bocor, bikin pos kamling atau renovasi balai pertemuan dusun. Tapi saya denger dari teman saya yang punggawa itu bilang jangan ngiler sampeyan karena duit segitu banyak tidak akan sampe ke sampeyan. Lho? saya jadi kaget ... kok bisa? kan bantuan pembangunan? buat masyarakat tho?
Teman saya tadi hanya tertawa, alah .. sampeyan mbok jangan pura-pura ... sini tak bisikin ... tapi ini rahasia lho ya .. (tenan ki ra-ha-si-a!). Jadi duit 2,5 milyar itu yang 2 milyar buat dewan perwakilan kerajaan lha yang setengah milyar buat sang raja. Tapi nggak bakal di terimakan dalam bentuk pundi-pundi gemrincing alias cash ... caranya semua duit itu dibelikan aci (aci itu versi kunonya semen). Haaahh 2,5 milyar ? Aci? Apa mau mbangun candi lagi? Sssstt ... nanti kan dapat tanda bukti pembelian aci, nha itu yang akan jadi surat pertanggungjawaban kerajaan (spjk), tapi acinya nanti dijual lagi ... yang penting lak sudah ada legal formal pertanggungjawaban wong di mata anggaran kerajaan digunakan untuk pembelian aci dalam rangka pembangunan, jadi diperiksa sama malaikat pun nggak akan ada masalah. Lha terus, aci yang sudah dibeli oleh kerajaan itu diuangkan lagi ... kalo susut paling 10 % ya bagi-bagi sama yang jual aci .. jadi nanti masing-masing anggota dewan perwakilan kerajaan bakal dapat 20 jut ... buat apa? ya terserah mereka ... beli mie ayam, bakso, gado-gado, bolu kukus, main ding-dong, ke spa, keplek, mabuk, kunjungan kelamin atau buat konsolidasi golongannya buat maju pilihan lagi tahun depan .. terserah yang nerima. Tapi ini rahasia kerajaan lho ...
Whe lha ... aku diapusi ik! Diapusi wakilku yang katanya akan mengemban amanah penderitaan rakyat ... yang kalo kampanye golongan sampe berbusa-busa ... bagi-bagi iket, rompi, beras dan palawija ... nyebarin pundi-pundi kemrincing buat rayahan kita rakyatnya yang sengsara biar memilih beliau yang ganteng-cantik nan dermawan ... eh, lha kok jebulnya ... uasssemmm tenan! Piye jal nek ngene ....
Oalahhh ... kerajaan, demokrasi, reformasi, amanat penderitaan rakyat ... opo artine iku?

No comments: