Saturday, March 29, 2008

Antara tuntunan dan tontonan

Jaman kecil dulu saya sangat dekat dengan mbak putri, maklumlah cucu pertama dan juga sebelum mbah kakung meninggal sangat wanti-wanti kepada mbah putri untuk "ngopeni" putu lanang dengan sebaik-baiknya. Dua minggu setelah saya lahir, mbah kakung berpulang ke Rahmatullah. Menurut cerita bapak-ibu saya, mbah putri sangat teguh memegang wasiat mbah kakung ... malah ada anggapan bahwa saya lebih cocok jadi "anaknya" mbah putri saking dekatnya.
"Deke kuwe cocok banget dadi anake Simak".

Demikian bapak-ibu sering menggoda saya, yang artinya lebih kurang saya paling cocok menjadi anaknya Simak. Yah, kami yang hidup di Wonosobo (120 km sebelah barat daya Kota Semarang, ibu kota Provinsi Jawa Tengah), masuk dalam rumpun Kedu yang mana bahasa dan adat istiadat Jawa yang kami anut sedikit berbeda dengan pesisir, Solo, Jogja maupun Banyumas. Kami sekeluarga memanggil mbah putri dengan panggilan sayang SIMAK ... mungkin pengaruh dari orang tua kami yang memanggilnya juga simak ... mungkin juga kata simak kependekan dari si emak hehehe...

Hal yang paling menarik dari diri simak adalah beliau sangat rajin mengaji, menghadiri majelis ilmu ... setiap hari mulai jam 14 - 16 (ba'da ashar), bergiliran dari satu tempat ke tempat lain selain juga tidak pernah lupa dengan pengajian atau kuliah subuh. Saya bisa memahami mengapa simak begitu intens dalam masalah agama karena mbah buyut (orang tua simak) adalah sosok panutan dalam komunitas muslim di kota kami. Beliau adalah guru ngaji bahkan beberapa muridnya yang berasal dari beberapa tempat memanggilnya kyai … tapi simak bercerita bahwa anak turunnya lebih banyak memanggil dengan nama Mbah Hari karena nama panjangnya adalah Muhammad Asyhari. Dalam lingkungan keluarga Mbah Hari mendidik anak-anaknya secara keras … agama adalah nomer satu, lainnya tidak perlu. Bahkan sekolah pun tidak boleh karena sekolah sarat dengan nilai-nilai barat/Belanda/penjajah.

Walhasil sampai usia 60 an simak hanya kenal tulisan arab, tulisan latin tidak kenal alias buta huruf, tapi kalau sama duit simak pinter itungannya.
Sering saya godain, "Simak itu hebat … nggak bisa baca tulis tapi kok ngerti itungan duit hehehe …" Kalau sudah begitu simak hanya tersenyum kecil sambil men-theot- (mencubit menggunakan punggung jari tengah dan telunjuk) paha saya. Bagi saya simak adalah sosok muslimah yang sangat taat. Bangun menjelang subuh untuk menunaikan sholat tahajud, berdzikir dilanjutkan sholat subuh dan kuliah subuh. Setelah itu mulai dengan aktifitas rumah tangga sampai dengan jam 8an untuk sholat dhuha dengan doa yang sangat panjang (pernah suatu ketika saya melihat simak berdoa sambil menangis … memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah Ta’ala agar anak-keturunannya diberikan iman, Islam dan ihsan yang kuat, dimudahkan segala urusannya serta dijauhkan dari api neraka … hal itu diucapkan dalam bahasa Jawa, berkali-kali dan dengan penuh kesungguhan sampai menangis). Sehabis itu biasanya simak tidur sampai tiba sholat dhuhur.

Seusai menjalankan ibadah dhuhur simak kembali sibuk dengan urusan rumah tangga dan menjelang pukul 14 bersiap untuk menghadiri majelis pengajian yang ada di seputar kota Wonosobo. Kalau tidak salah Senin di kampung stasiun di tempat Pak Anwaron, Selasa di kampung Kauman Selatan tepatnya di TK Masyithoh, Rabu di masjid Puntuksari dengan Kyai Abdul Latif (orang biasa memanggil dengan sebutan Mbah Dul Latip), Kamis di mushola Kliwonan dengan Kyai Idris atau putranya Kyai Chabibullah Idris, kadang dengan Pak Toyib, Jumat di Betengsari, selatan SMP Negeri 1, Sabtu di Masjid Al Manshur Kauman biasa dikenal dengan seton karena digelar hari Sabtu dan alhamdulillah sampai sekarang saya masih menyempatkan diri mengikuti seton jika pas kebetulan pulang ke Wonosobo. Hari Ahad … sebutan bagi hari Minggu … biasanya untuk istirahat atau jika ada pengajian di luar kota pasti simak akan datang seperti di Jawar, Kalierang, Selomerto atau Leksono yang jaraknya rata-rata 10 km dari rumah kami.

Karena sering diajak ngaji, meski nalar saya belum jalan karena umur baru sekitar 5 tahunan saya jadi ngerti sedikit banyak tentang ilmu agama termasuk yang saya sukai adalah puji-pujian, shalawat atau senandung doa khususnya dalam bahasa Jawa. Semua berisi sanjungan kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW serta penghormatan kepada leluhur, orang tua, para guru dan juga anjuran untuk berbuat baik dalam setiap situasi. Dan hal ini masih membekas sampai saat ini … kadang-kadang secara rengeng-rengeng (pelan-pelan) saya lantunkan kembali …

Pernah saya menanyakan kepada simak … mengapa kok harus ngaji? Kan capek … butuh uang buat amal, transpor … belum kalo hujan (Wonosobo tidak beda jauh dengan Bogor apalagi kalo sedang musim hujan … bisa-bisa setiap hari hujan) jadi basah kuyup semua mulai kerudung, selendang, kebaya dan kain jarik .. Tapi simak menanggapinya dengan tersenyum … “Ngaji itu sangunya mati .. amal kita untuk di akhirat kelak … dan kewajiban kita sebagai orang Islam ya ngaji … mencari ilmu”. “Lha kok nggak sekolah mak?”, saya menyahut. Lantas seperti memutar kembali waktu simak bercerita tentang mbah buyut dengan segala prinsipnya. Menurut simak … sekarang jamannya lain, kamu sebagai cucu sekarang harus sekolah selain juga ngaji … sekolah itu buat duniamu dan ngaji buat akhiratmu … walah … pinter juga simak.

Pernah suatu ketika simak bercerita tentang jaman yang semakin tidak karuan .. menurut kyai dan pengamatan simak … makin ke sini jamannya makin rusak … banyak laki-laki berdandan ala perempuan, kebalikannya yang perempuan berpenampilan seperti laki-laki … mempertontonkan hal yang tidak semestinya. Perempuan yang semestinya masih memiliki malu … harga diri … dan kehormatan sekarang tidak lagi seperti itu. Nikah setelah hamil mulai jadi kebiasaan … itu kan nggak beda dengan berzina. Nilai apa yang mereka anut? Apa mereka nggak takut dengan hukum Gusti Allah ..

Saat saya kembali mengenang kegundahan simak itu, saya sedang jauh dari Wonosobo, kota kelahiran yang sangat saya cintai. Saya sedang berada di negeri orang bernama Amerika Serikat. Tempat di mana jangankan hukum Tuhan, Tuhan sendiri saja menjadi sesuatu yang sangat asing bagi mereka ... Kebanyakan mereka tidak merasa perlu dan butuh mengenal Tuhan, cukuplah jerih payah mereka saja sebagai bukti keberadaan mereka … selama sesuatu tidak bisa dibicarakan dan dijelaskan dengan akal … kenapa harus repot dibahas?


Ada juga satu alasan menarik dari simak mengapa harus ngaji, yaitu supaya kita sebagai manusia hidup tidak kehilangan pegangan atau tuntunan. Apa itu, ya kitab suci, firman Tuhan dalam Al Qur’an. Ngaji adalah sebentuk usaha untuk memahami Al Qur’an dengan perantara orang yang lebih mampu mengerti dan memahami kandungan Al Qur’an, baik yang bernama kyai, ustad, gus .. atau siapapun.
Yah, Al Qur’an diturunkan kepada Muhammad SAW sebagai tuntunan bagi manusia .. agar mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun akhirat kelak … sebagai pembeda antara yang benar/haq dan salah/bathil … sebagai petunjuk atas jalan yang lurus, jalan manusia yang berharkat dan martabat … juga sebagai pembeda antara manusia sebagai sebaik-baik ciptaan/mahluk … fi ahsani taqwiim … dengan mahluk yang lain seperti binatang, tumbuhan dan juga yang ghaib seperti jin dan syaitan.

Itulah makanya simak wanti-wanti untuk selalu mengaji … agar ilmu agamanya semakin banyak, hidup menjadi orang yang bener … bermanfaat bagi orang lain.

Tapi, apa yang dikhawatirkan simak dulu memang benar … sekarang terjadi dan lebih parah lagi … apa yang dulu bagi saya sekedar guyonan dari simak ketika simak berkata .. "Ngemben jamane soyo rusak … tuntunan bakal dadi tontonan lan kewalikane tontonan malah dadi tuntunan".

Secara harfiah, akan tiba masa di mana apa yang menjadi tuntunan atau petunjuk, khususnya di sini Al Qur’an, besok akan menjadi tontonan alias sesuatu yang dilihat saja … sementara tontonan, pertunjukan seperti televisi, film, konser, akan menjadi tuntunan … petunjuk bagi orang dalam berkata, bersikap dan bertindak.
Lihatlah … betapa orang sekarang sangat mengagungkan penampilan … menjadi bintang atau selebriti secara instant lebih disukai ketimbang bekerja keras … lantas lahirlah program talent-scouting atau reality show yang mempertontonkan keaslian perangai manusia … berebut sesuatu … sok jaim dan dipoles sana-sini. Lihatlah televisi kita hari ini dan itulah gambaran manusia sekarang … tidak lagi mengagungkan value/nilai namun hanya menuruti nafsu dan kehendaknya sendiri dan cilakanya lagi semua bias dibenarkan dengan akal pikiran kita … Ada sinetron religi tapi mencengnya lebih banyak daripada insyafnya … di bagian akhir diceritakan si tokoh insyaf atau mendapat balasan dari perbuatannya, tapi itu cuma 5 menit … yang 35 menit isinya saat sang tokoh hidup dengan kemewahan, hendonisme dan perlakuan buruk kepada sesama manusia (program sinetron 1 jam = 60 menit, aslinya cuma 40 menit dan yang 20 menit buat iklan … setiap 8 menit commercial breaks yang lamanya bisa sampe 3 menit he ..)

Lihat juga bagaimana iklan di media membentuk “kebutuhan” kita, menakut-nakuti kita dengan sesuatu agar kita melirik dan berpaling pada suatu produk … dengan dalih penelitian/riset, penemuan mutakhir, kesehatan, gimmick artis terkenal … produsen mendikte dan merayu konsumen agar membeli produk mereka … Bahkan ada yang menggunakan tipu daya undian berhadian padahal yang dapat hadiah nggak lain dan nggak bukan kerabat dekatnya … gimmick .. iming-iming dan daya tarik agar orang mau beli … sementara soal kualitas nanti dulu ya …
Ada sebuah guyon menarik dari seorang teman
1. uang 100 ribu terasa sangat banyak kalo disumbangkan ke masjid tapi
menjadi sangat sedikit jika di bawa ke swalayan/supermarket

2. 1 jam dipakai untuk berdiam di masjid terasa lama namun terasa singkat jika dipakai untuk menonton film di bioskop
3. 30 menit terasa sangat lama untuk berdoa namun menjadi sangat singkat jika dipakai untuk nggobrol atau bergosip
4. Orang lebih suka berebut seat/kursi yang paling depan ketika menonton show atau konser sementara lebih suka untuk mendapatkan barisan paling belakang saat sholat berjamaah atau di masjid
5. Orang lebih asyik membaca Koran daripada Qur’an
6. Banyak orang ingin masuk surga tanpa pernah mempercayai, berpikir, berkata atau melakukan sesuatu

Tuntunan menjadi sesuatu yang garing sementara tontonan menjadi sesuatu yang seger … menyenangkan dan mengasyikkan. Tuntunan saat ini banyak dibiarkan begitu saja menjadi sebuah tontonan sementara tontonan dipakai sebagai tuntunan, ditiru, dijadikan pegangan … lihatlah mode, cara bicara, cara berperilaku dalam masyarakat … serba praktis, instant dan sekedar menjiplak dari apa yang dilihat tanpa berpikir panjang mengenai manfaat dan value di balik semua itu.

Betul mak, jaman wis akhir … seperti serat Jongko Joyoboyo

Yen bakal nemoni jaman:
akeh janji ora ditetepi, wong nrajang sumpahe dhewe.

Manungsa padha seneng tumindak ngalah tan nindakake ukum Allah.
Bareng jahat diangkat-angkat, bareng suci dibenci.
Akeh manungsa ngutamakake reyal, lali sanak lali kadang.
Akeh bapa lali anak, anak nladhung biyunge.
Sedulur padha cidra, kulawarga padha curiga, kanca dadi mungsuh,
manungsa lali asale.
Rukun ratu ora adil, akeh pangkat sing jahat jahil.
Makarya sing apik manungsa padha isin. Luwih utama ngapusi.
Kelakuan padha ganjil-ganjil.
Wegah makarya kapengin urip, yen bengi padha ora bisa turu.
Wong dagang barange saya laris, bandhane ludhes.
Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan.
Akeh wong nyekel bandha uripe sangsara.
Sing edan bisa dandan.
Sing mbangkang bisa nggalang omah gedhong magrong-magrong.
Wong waras kang adil uripe nggragas lan kapencil.
Sing ora bisa maling padha digething.
Sing pinter duraka padha dadi kanca.
Wong bener thenger-thenger, wong salah bungah-bungah.
Akeh bandha muspra ora karuwan larine.
Akeh pangkat drajat padha minggat ora karuwan sababe.

Betul-betul sudah jungkir-walik, paradoks … berbalik arah … manusia tidak lagi memiliki pegangan hidup atau tuntunan … ngaji atau mencari ilmu dikatakan sudah usang … hidup dituntut serba cepat, instant, modis biar dikatakan tidak ketinggalan jaman …

Simak, semoga saya tetep menjadi cucumu yang istiqomah, bisa membedakan mana tuntunan dan mana tontonan dan bukannya membalikkannnya … menjadikan tuntunan hanya sebagai tontonan dan semua tontonan di manapun (TV, Koran, majalah, kuliah, internet) sebagai tuntunan.

Saya kangen saat-saat ngaji lagi bareng simak, sholawatan dan puji-pujian … membuat ati tentrem dan ayem … Terima kasih atas semua petuah-petuah simak.
Semoga simak damai di alam barzah … dengan senyum seperti yang saya saksikan saat saya mengumandangkan adzan dan iqamah di liang lahat .. tiga belas tahun yang lalu.

Wallahu’alam bishawab.

In memoriam simak Rafi’ah Zuber Asyhari, 22 Desember 1995.
Semoga Allah Ta’ala mengampuni segala dosa simak dan memberikan tempat yang baik di haribaan-Nya sesuai dengan amal baik dan suri teladan yang diberikan selama hidup simak.

1 comment:

pak muliadi said...

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل