Tuesday, March 18, 2008

Sandiwara hidup

Alhamdulillah ....

Beberapa hari ini sering diskusi dengan teman soal sandiwara ... he, whatta suspicious!

Ada orang bilang hidup ini seperti panggung sandiwara, itu artinya kita harus jadi aktor/aktris yang lihai, mampu memainkan perannya di panggung itu dengan sebaik-baiknya. Yang penting adalah bagaimana kita mendapatkan apresiasi dari penonton tanpa kita harus peduli dengan sesama aktor/aktris satu panggung. Kalo kita harus nendang ... kenapa kita harus ragu? Urusan sakit (fisik dan hati) kan urusan yang ditendang ... kita mah happy aja yang penting penonton senang. Walah ...

Kalau ada orang berpikir bahwa hidup adalah panggung sandiwara, itu sah-sah saja ... tapi derajat kesahihannya turun manakala aktor/aktris tadi bermain untuk kepentingan dia, kepentingan untuk mendapatkan pujian dari penonton, mendapatkan previlege yang tentunya dengan mengorbankan teman sepanggungnya. Entah dengan membohongi, menyakiti secara fisik, menistakan ... kayaknya spesies homo sapiens sangat ahli deh untuk urusan kayak gini he ...

Mereka dalam berhubungan dengan orang lain based on interest, "ya kalo aku ada perlu aja deh aku baik-baikin kamu .... kalo nggak ada ya ngapain lah ... malah kalo perlu tak tendang sisan kamu, hey ..."

Seorang teman pernah ngasih tahu juga tipe orang kayak gini itu lihai memainkan jurus KATAK, sikut kanan-kiri, sepak bawah, jilat atas .... wuiiiih (kata seorang temenku yang namanya harus dirahasiakan, menjilat itu nggak enak! enakan dijilat hey...), berhasil deh!

Model kerja ginian nggak jarang ditemui di kantoran pemerintah atawa swasta, soalnya basis kenaikan jenjang, pangkat yang berkorelasi dengan penghasilan bukan pada otak atau kemampuan, tapi bagaimana bisa menyenangkan hati atasannya. Soal kawan, "sorry men ... gue duluan yah!"

Walhasil yang namanya sentimen dan konflik di tempat kerja bukan masalah bagaimana menyelesaikan sebuah pekerjaan tapi bagaimana supaya saya bisa meraih posisi yang lebih baik dan mendahului teman-teman saya ... dengan cara apapun. Bohong ke atasan, main fitnah, fait accompli, menjerumuskan teman, membatasi akses orang lain dan menggunakannya untuk kepetingan sendiri/monopoli informasi ... itu yang namanya politik kantor. Dan sudah tentu ini bagian dari skenario sandiwara ...

Jadi miris juga ya, apa dunia sudah sedemikian ruwet?

Kita ngaku orang beragama, ke masjid, gereja, pura, klenteng, sinagog ... tapi kita masih saja suka berbohong ... bersuka cita melihat kegagalan orang lain, korupsi ... bersandiwara, berpura-pura ... munafik ... egois ... seolah lupa bahwa setiap waktu kita memohon kepada Tuhan dengan berlinang airmata ... mengaku kecil, pasrah, tidak berdaya ... namun di balik itu berlaku nista kepada sesama.

Yang saya inget, sejak kecil dulu mbah putri selalu ngasih pesen ...

Uripo sing jujur, marang awakmu dhewe lan sapada ...

hiduplah dengan jujur, terhadap dirimu dan sesama manusia

Gusti Allah iku tansah mriksani opo sing kok lakokake ...

Tuhan selalu melihat perbuatan kita

malaikat ing kiwo-tengenmu tansah nyateti amalmu ...

Malaikat di kiri-kanan kita selalu mencatat amal kita

Sing akeh olehe syukur ... supoyo kowe bisa ngerteni sejatining urip.

Banyaklah bersyukur ... itulah jalan untuk memahami kehidupan yang sejati.

Memang nggak gampang njalanin seperti itu ... yang namanya nafsu kadang-kadang kan muncul juga dalam bentuk egois, ketidakpedulian (bentuk defensif he ...) atau bohong dan semacamnya (bentuk offensif) ... halah ...
Anyway, kita memang manusia kan ? Tempatnya salah dan lupa ... tapi bukannya sebaik-baik manusia adalah manusia yang mau belajar dari kesalahannya, minta maaf dan tidak mengulanginya lagi ... serta mau belajar untuk tidak lupa dan melakukan lebih baik lagi?

Pilihan ada di tangan kita kan ? Tetap semangat!


No comments: