Wednesday, March 19, 2008

Kepada siapa kita musti tunduk?

Ada hal yang menarik menyangkut hubungan antarmanusia, khususnya tentang anak dan orang tua. Saat ini sangat jarang saya melihat ada anak yang tunduk-patuh kepada orang tuanya. Bagi saya yang lahir dan dibesarkan dalam budaya Jawa, ketundukan dan kepatuhan itu dapat dimanifestasikan dalam berbagai hal, misalnya diam dan mendengarkan ketika orang tua berbicara/menasehati, menyegerakan memenuhi panggilan, menerapkan sopan santun/unggah-ungguh, salah satunya menggunakan bahasa kromo, mencium tangan ketika berjabat tangan, menggunakan nada suara yang halus, bahkan ketika tidak setuju, dan masih banyak lagi yang lain.

Budaya bukan diciptakan untuk mengekang kebebasan manusia, namun justru membedakan manusia sebagai mahluk yang memiliki akal budi, makanya budaya dirunut dari budi dan daya, artinya pemikiran dan perbuatan. Budaya adalah nilai universal bagi sebuah komunitas yang menginginkan keteraturan, keharmonisan dan kebaikan dalam hidup. Dan budaya bukanlah sesuatu yang konstan, sakleg ... namun sangat dinamis ... bahkan di jaman global ini budaya menjadi karakteristik sebuah komunitas ... banyak orang dari seluruh penjuru bumi datang ke Solo atau Jogja misalnya, untuk melihat budaya Jawa yang adiluhung ... meski di antara sebagian kita menganggap budaya Jawa sudah kuno, hanya buat simbah-simbah saja ... walah, blaik!

Budaya mengatur mekanisme hubungan antarmanusia, bagaimana berbicara, bersikap dan bertingkah laku dan budaya bukan monopoli suatu kaum/elit saja, katakanlah kalau di Jawa ya mereka yang berdarah biru atau tinggal di dalam keraton saja. Siapapun memiliki otoritas untuk menjalankan dan menjaga budayanya agar keharmonisan tetap terjaga. Namun jika kita melihat di sekitar kita ... dapat ditemui bahwa budaya yang kita miliki mulai luntur. Sangat jarang seorang anak bisa berbahasa kromo kepada orang tuanya, menunjukkan sikap tunduk dan hormat kepada sesama mahluk yang telah menjadi perantara ke dunia dan menghantarkan kepada martabat manusia. Alasannya? Ribet, kolot, kuno ... nggak modern dan praktis ... whe lha (lagi).

Apakah dunia sekarang ini hanya diukur dengan nilai-nilai material yang berwujud kepraktisan, modernitas, liberalitas ... nilai-nilai yang diagungkan sebagai ijtihad akal manusia yang menginginkan kendali atas semua kosmos ini? Manusia yang mulai mengagungkan akalnya dengan menafikan tatanan yang telah ada dan membentuknya ... sehingga akal menjadi berhala baru ... sesuatu yang bisa diterima oleh akal itulah yang baik ... yang tidak bisa dijelaskan oleh akal adalah tidak baik ..tidak perlu kita lakukan. Mengapa kita harus boso kepada orang tua dan orang yang lebih tua? Toh, kita sama sebagai manusia ... yang membedakan kan duitnya, pinternya, titelnya, ganteng atau ayunya .... (lha tho ...). Sangat bisa jadi manusia semacam inilah yang tidak ingin terkooptasi oleh pemikiran-pemikiran yang telah mapan (baca: kuno dan kolot), tidak mau dikungkung oleh budaya lama namun menciptakan bentuk kooptasi baru atas nama akal, modernitas dan rasionalitas yang sangat-sangat subyektif. Jadilah model manusia yang individualis ... peduli apa dengan orang lain, this is my way, man ? Get out ! Manusia yang hanya tunduk kepada pemikirannya dan tidak mau merefleksikannya dengan lingkungan sekitarnya, menganggap dirinya pemegang otoritas kebenaran dan kepatutan di dunia ini.

Budaya? Whats for? Itu kan cerita kakek nenek kita saja ... kita hidup di dunia global men! Kita harus ikuti apa itu globalisasi ... nggak jaman lagi deh apa itu unggah-ungguh ... huuu, feodal! Salah-salah kita nggak kebagian apa-apa ..... Modern dunk! Pake akal tuch, jangan disimpen aja di dengkul ....

Jadi, kepada siapa kita musti tunduk? Haruskah kita mempertuhankan akal kita? Apa arti budaya ... apa arti agama bagi kita? Sekedar formalitas kewarganegaraan? Hak asasi? Asesoris? Baju kebesaran yang hanya kita pakai pada hari Jumat, Minggu atau ketika kita berduka cita saja?

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah.

Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas karena dia melihat dirinya serba cukup.

Sesungguhnya hanya kepada Rabbmulah kembali(mu).

(QS. Al Alaq 1- 8)

Wallahu'alam bishawab.

No comments: