Friday, July 18, 2008

Quo Vadis Indonesia?

Judul di atas mungkin sudah lazim kita jumpai, harfiahnya berarti kurang lebih mau ke mana Indonesia? Mau dibawa ke mana?
Pertanyaan ini kembali menyeruak seiring dengan dimulainya kampanye dan upaya cari muka para petinggi partai yang mau nyalon legislatif maupun eksekutif (baca: mau jadi Presiden RI 2009-2014). Bayangkan, tidak ada satu pun muka baru .. semuanya muka lama yang come back karena sempat tersingkir dari kancah politik, sok jadi pahlawan dengan mengkritik habis-habisan pemerintahan sekarang yang katanya kebanyakan tebar pesona dan nggak becus bekerja (apalagi ada acara naik BBM segala, kesempatan nih bikin move, hehehe ..).
Tapi jika kita mau berpikir lebih jauh lagi ... janganlah terperdaya dengan pesona para pahlawan kesiangan ini, yang sok idealis, sok memperjuangkan rakyat, sok kritis dan berpihak kepada rakyat. Berani sumpah ... kalo mereka nantinya terpilih ya nggak akan beda dengan sekarang yang sedang berkuasa. Sok jaim dan jaga jarak dengan rakyat! Buktinya, banyak kebijakan yang sama sekali nggak pro-rakyat, kenaikan BBM misalnya, belum urusan pengadilan yang masih jauh dari kata-kata ADIL (tengoklah sebentar "Pak Guru" dan "Bu Guru" yang statusnya terdakwa kasus suap 6 M yang ditahan di 2 tempat berbeda tapi masih bisa telpon-telponan buat bersekongkol bikin keterangan palsu, udah pertama ngaku jual permata, pinjaman untuk teman, eh sekarang bilang buat bengkel, ammpyuuunn DJ!), dan masih banyak lagi.
Saya bukan pro pemerintah atau pendukung para vokalis yang di luar pemerintahan, nggak .. saya nggak punya kepentingan sama sekali dengan mereka. SBY-JK jika baik ya saya dukung, misalnya upaya reformasi birokrasi (soalnya katanya dulu kalo masuk PNS harus bayar 8 digit, alhamdulillah saya cuma keluar duit 5 digit buat materai, SKCK dan Keterangan Sehat ... plus ujian dan wawancara yang sangat transparan tentunya!), lainnya apa ya? Kayaknya banyakan gak beresnya deh hehehe ... BLT? wah jelas-jelas salah kaprah tuh ... Yah sebagai warga negara yang baik saya juga mau berusaha baik dengan pemerintah .. kalo bener ya didukung kalo salah ya diingatkan atau dikata-katain hehehe ....
Yang jelas, melihat para tokoh yang sekarang lagi ada di panggung politik, saya jadi ngelus dada saya sendiri ... mau dibawa ke mana Indonesia kita. Udah kelihatan pada bermasalah gitu kok ya nggak ngilo atau bercermin diri .. masih ngaku-ngaku akan memperjuangkan amanat penderitaan rakyat lagi ... duh!
Gimana mereka akan memperjuangkan kalau selama ini hidup bergelimang fasilitas; rumah mewah, kendaraan terbaru, HP special edition, seabrek pengawal dan penjilat (kayak jaman Mataram aja hehehe ...), bukannya hidup di kampung, naik bus umum dan menyelami kehidupan masyarakat sendiri ... gak pake pengawal, ajudan atau sekretaris pribadi .. bahkan para penjilat! Bagaimana mereka bisa dipercaya akan mengurus kepentingan rakyat jika pekerjaan dan penghasilan tetap saja tidak bisa dijelaskan kepada kita semua. Dari mana mereka mendapat uang untuk menghidupi keluarganya? Selama ini yang katanya bagus-caktik-kaya ya ujung-ujungnya tetep jadi "mesin keruk" uang rakyat, jadi anggota dewan kok nuntut banyak fasilitas ... mestinya tahu resiko tho bukannya malah kesempatan ngakali duit rakyat. Wakil kok tega ngakalin yang diwakilin .. owwalaaahhh ....
Lantas apa yang bisa kita harapkan dari oportunis semacam mereka ... ngurus partai saja masih acakadut ... mbok coba tuh undang akuntan publik yang independen buat mengaudit duit partai, berani?
Atau buktikan hasil kinerja mereka secara kuantitatif dan kualitatif ... bikin riset tentang kinerja partai dan wakil mereka di legislatif ... apa saja inisiatif dan kebijakan yang mereka hasilkan, bagaimana peran mereka mengawasi dan mengontrol pemerintah, bukan cuma vocal karena belum kecipratan APBD saja ...
Belum lagi secara moral ... ngakunya beragama, suka kampanye berbusa-busa dengan berbagai dalil .. tapi kelakuan masih minus juga; ngakali uang rakyat, bohong (katanya iya padahal tidak atau kebalikannya), bikin skandal dengan WIL (memalukan partai, keluarga dan status sebagai "anggota dewan yang terhormat" namun bejat!), kong-kalikong bikin aturan yang menambah pundi-pundi pribadi dan partai ... tukar-guling lah, bahasan UU, kunjungan kerja ... mana sih bukti hasil kerjanya? Rakyat perlu tahu, sampeyan semua sebagai wakil 5 tahun ini kerjanya apa? Kok nggak ada laporan dan pertanggungjawaban sama kami-kami yang sudah memilih? 
Waduh .. demokrasi kok jadi rakyat yang rugi ... 
Jadi ..
.. jangan percaya kalau mereka datang lagi,
bilang akan bikin sejahtera,
janji akan bikin ini dan itu,
sekolah gratis,
kesehatan gratis,
mbelgedes semua itu .. lagu lama yang diputer lagi.
Ingat kan lima tahun kemarin juga gitu ... lha sekarang?

Gawat kalo di Indonesia demokrasi masih model sales amatir ... manis di muka, pahit di belakang, janjinya saja setinggi langit ... realitanya sangat pahit!
Jadi, mau di bawa ke mana Indonesia kita ..
Mari kita renungkan lagi ... supaya kita tidak salah pilih seperti tahun 2004 lalu ..
Ingat, suara kita nggak bisa ditukar dengan 10 ribu, 50 ribu atau 100 ribu, beras, kaos maupun sembako ... karena suara kita berharga milyaran kali dari semua itu, bahkan mungkin tak ternilai ... jadi jangan mau ditukar dengan hal yang remeh temeh seperti itu.
Kita, rakyat ... pemegang kedaulatan dalam arti sesungguhnya!
Jangan lupa ... pilih calon yang dapat dipercaya .. ya omongnya ya kelakuannya ...
Yang lebih penting, mau diajak susah seperti kita .. naik bus umum saben hari daripada ngantor pake mobil dinas, mau nerima gaji sama dengan UMR kita, dan mau setiap hari menerima kita dengan segala keluh kesahnya ketimbang kunjungan kerja, rapat rahasia, konsolidasi partai dan sejenisnya.
Kuwalat mereka yang berani ngakali rakyat! Yaqin!             

No comments: