Saturday, January 5, 2008

Goyahnya aqidah

Sebagai penganut Islam warisan alias diturunkan oleh orang tua, saya merasa bahwa keislaman saya masih sangat kurang ... bukan berarti malah berupaya untuk menolak atau menjauhinya namun sebaliknya justru mendorong saya untuk mencari lebih dan lebih dalam lagi.

Alhamdulillah, di Amerika saya malah banyak bergaul dengan rekan-rekan dari Islamic Center. Ada yang dari Sudan, Saudi Arabia, Turki, Uni Emirat Arab, Mauritania, Iran, Bangladesh, Pakistan, Mesir ... juga native alias muslim asli Amerika. Satu hal yang saya dapat dari mereka bahwa sebenarnya ada kewajiban kita sebagai muslim untuk mempelajari dan memahami bahasa Arab. Konvensi ini sangat memberikan manfaat kita sebagai muslim mengingat bahasa Al Qur'an juga bahasa Arab dan penguasaan bahasa ini akan memudahkan dan menguatkan ikatan sebagai sesama saudara muslim. Dari sini bisa berangkat banyak hal misalnya kita lebih dapat memahami Al Qur'an dan hadits dari bahasa aslinya, bagaimana struktur dan tata bahasanya sehingga lebih paham tidak sekedar tahu. Pemahaman ini menurut saya sangat berbeda ketika kita hanya membaca terjemahan saja yang mungkin sudah memiliki pergeseran makna sesuai dengan kepentingan si penafsir.

Bahasa Arab menjadi seperti universal language .. sama halnya dengan Bahasa Inggris hanya saja penggunaannya relatif lebih fokus kepada komunitas muslim. Sekali kita bertemu dengan saudara seiman dan menggunakan bahasa Arab secara baik maka Insya Allah ikatan dan kepercayaan sebagai saudara muslim semakin kuat. Di sini, selain bahasa Inggris, beberapa teman dari Afrika dan Timur Tengah selalu menggunakan bahasa Arab ketika mereka berkomunikasi. Tampak tidak ada perbedaan dan canggung satu sama lain ... dan hasilnya sayalah yang melongo. Yah, saya hanya mengenyam bahasa Arab saat di madrasah diniyah di Kliwonan, Wonosobo hampir 22 tahun yang lalu. Jelas sekarang sudah luntur di makan jaman karena sudah tidak pernah diasah ... sesuatu yang sekarang sedikit saya sesali hehehe ...

Jumat kemarin saat sholat Jumat di Islamic Center of Laramie (ICL) ada sesuatu yang mengembirakan ... ada seorang muallaf ... muslimah ... asli Amerika ... anak seorang pastor. Ya, Ahmed teman kami yang mendapat amanah menjadi president of ICL pernah bercerita kepada saya bahwa ada teman perempuan kuliahnya yang tertarik belajar tentang Islam ... bahkan ia mengundang Ahmed ke gereja tempat ayahnya melakukan pelayanan dan berdiskusi tentang Islam. Saya tidak tahu apa motivasinya mempelajari Islam untuk kemudian mengucapkan syahadah dan menjadi muslimah hanya saja sebuah kekaguman saya menginjakkan kaki di Amerika utara ini bahwa menurut data setiap tahun hampir 20.000 orang di Amerika beralih memeluk Islam setelah mereka mempelajarinya.

Sesuatu yang sangat berbeda terjadi di tanah air saya, Indonesia ... banyak generasi muda muslim yang mulai goyah aqidahnya, bukan lagi sekedar mempertanyakan kebenaran Islam namun lebih dari itu atas nama otoritas akal dan dukungan mereka yang pernah mengenyam pendidikan Barat, mereka berani untuk memberikan tafsir atas Al Qur'an dan Hadist menggunakan frame liberalisme, pluralisme, hermenuetika dan universalisme. Hasilnya jelas lebih banyak menimbulkan pertentangan dengan mereka yang teguh mendalami, mengkaji dan mempelajari Al Qur'an. Mereka ini dicap kuno, ortodox, tidak kontekstual ... kolot karena berpegang teguh pada nilai-nilai lama. Mereka dianggap tidak responsif atas kemajuan jaman.

Jujur saja, saya muak dengan mereka yang lebih suka mempertuhankan akalnya ketika kita berbicara masalah aqidah yang fundamental. Mereka bukannya orang-orang yang berpikiran murni tapi lebih banyak dipengaruhi oleh pandangan Barat yang kata mereka universal. Apa yang universal? Tidakkah kita sadar bahwa Barat tidak pernah rela dan ikhlas kita yang di Timur ini mengalami kejayaan? Sejarah kolonialisme bukankah berawal dari Barat? Dan sekarang, atas nama hak asasi manusia, persamaan dan universalitas mereka mencekokkan apa yang dinamakan perdagangan bebas, hak atas kekayaan intelektual, mode, tren dan intelektualisme. Lihatlah ... betapa semua itu tidak lebih dari bungkus kolonialisme modern .. kita dieksploitasi melalui media, perjanjian antarpemerintah (negara-negara timur selalu saja tidak berdaya), hegemoni pemikiran ... teknologi, hak cipta ... apalagi yang kita punya?

Sore tadi saya menonton film Life and Debt sebuah film dokumenter dari Jamaica buatan New Yorker Video tahun 2003 (www.lifeanddebt.com) yang bercerita bahwa sumber daya manusia di Jamaica tereksploitasi habis oleh IMF dan WTO. Sejak merdeka dari Inggris tahun 1962 ... IMF langsung datang untuk menganalisa bentuk bantuan bagi kemajuan dan perkembangan rakyat Jamaica. Bantuan pun digelontorkan sejumlah 50.000.000 USD tapi ... yah banyak syaratnya, mulai bunga, komoditi yang boleh dikembangkan, perbankan dalam negeri etc.etc.... Apa yang terjadi kemudian, bukannya kemakmuran malah keterpurukan ekonomi ... dan dengan mudahnya IMF mengkambinghitamkan pemerintahan yang korup dan tidak mampu memanage bantuan. Silakan temen-temen buka youtube "Krisis di Indonesia part 1-6" ... hal sama akan kita jumpai bahwa IMF dan Bank Dunia ngotot memperjuangkan kemajuan tapi mereka tidak mau ambil resiko atas kegagalan yang muncul dan dengan mudahnya menyalahkan pemerintah. Saya jadi tahu bahwa Pak Harto mengagendakan pembangunanisme karena dorongan dari IMF and the gank yang kiyer-kiyer melihat potensi Indonesia yang mengiurkan. Pasca take over dari Soekarno ... (ini masih merupakan misteri tapi fakta akan berbicara bahwa Soekarno dijatuhkan dan Soeharto dijadikan boneka ... sama-sama orang yang malang! semoga keadilan akan terbuka bagi kita), beberapa asisten Soeharto diundang ke Jenewa oleh IMF and the ganks ... apa yang terjadi di sana ... mereka didikte bahwa sektor ini itu harus dibangun ... ini partnernya ... perusahaan multi nasional ... ini prioritasnya. Dus, orde baru ternyata nggak beda dengan kerbau yang dicucuk hidung ... boneka dari kepentingan kapitalisme Barat! Dan kita semua mengalami di bawah Pak Harto kita mengalami perkembangan yang luar biasa tapi kita lupa bahwa semua itu didapat dari sponsor ... utang dari Barat yang harus dibayar sampai beberapa generasi. Terbukti ... semuanya hanya semu.

Dan kini, beberapa generasi muda Indonesia tergila-gila dengan mainan baru dari Barat ... bahkan rela mempertukarkan aqidahnya hanya untuk uang senilai 1,4 milyar yang dikucurkan via Asia Foundation untuk menciptakan Islam yang universal ... toleran dan terbuka. Aneh, upaya reformasi atau dekonstruksi Islam kok disponsori Barat ... bukan Arab. Tentu bagi mereka yang bisa berpikir pasti ada sesuatu ... nggak mungkin 1,4 milyar adalah makan siang gratis kan ? Dan sebenarnya kurang universal, toleran dan terbuka apalagi Islam itu?

Tengoklah ... satu-satunya agama yang survive bahkan terus berkembang adalah Islam .. beberapa kalangan di Barat mulai gusar dan resah bahkan mulai meletakkan Islam sebagai ancaman atas keberadaan dan kenyamanan mereka. Islam adalah universal karena semua orang bisa dan boleh memeluk Islam ... tidak ada diskriminasi, perbudakan bahkan perbedaan antara satu suku bangsa dengan yang lain ... jutaan orang setiap tahun berthawaf di Masjidil Haram ... kurang universal?

Sejarah juga telah membuktikan toleransi Islam (makanya BACA sejarah ya!), di Madinah ... satu-satunya peradaban yang mengakomodasikan beberapa golongan agama semit (Islam, Nasrani dan Yahudi) di bawah otoritas pemerintahan Islam. Piagam Madinah menjadi bukti toleransi Islam atas warga Madinah non-Islam ... tapi di kemudian hari muncul penghianatan dari salah satu golongan .. adakah sejarah Barat yang menulis ini dengan obyektif?

Banyak fakta-fakta tentang Islam yang dihanyutkan di Sungai Efrat maupun Tigris ... bahkan di kemudian hari banyak yang dipalsukan dan diakui produk dari Barat ... apakah bukan sebuah kemunafikan dan kebejatan akhlak? Dan sekarang banyak orang yang berbondong-bondong dan menunduk-nunduk pada mereka untuk mendapatkan pengakuan meski mengorbankan aqidah sendiri? Apakah mereka lupa akan sejarah? Lupa akan kejayaan Timur seperti Islam, China dan India yang begitu agung dan kaya akan moral terpuji?

Saya jadi ingat tentang fenomena jilbab di tahun 1980an, betapa untuk dapat menggunakan jilbab, seorang muslimah harus tahan dengan berbagai lontaran dan ejekan buruk fundamentalisme, sok Arab, sok suci, lupa budaya sendiri ... tapi atas perkenan Allah Ta'ala ... jutaan muslimah di Indonesia telah istiqomah dengan sunatullah tersebut.

Saya sangat yakin ... pikiran saya terbatas, kemampuan saya juga ... hanya wacana ini yang saya dapat kemukakan untuk senantiasa waspada dengan berbagai tipu daya tapi saya sangat yakin bahwa kuasa Allah SWT akan mengatur segalanya ... dan membuktikan bahwa Islam tidak seperti yang mereka tuduhkan.

Hanya kepada Allah Ta'ala kita berserah diri dan bertawakal ...

Wallahu'alam bishawab.

No comments: