Thursday, January 10, 2008

Aa Gym dan kejujuran

Syukur ... alhamdulillah ada teman yang berbaik hati meng-up load pengajian Aa Gym di youtube, semoga Allah Ta'ala memberikan ganjaran yang berlipat ganda atas upayanya menyebarluaskan nilai-nilai kebaikan.
Sejak berada di Amerika dengan fasilitas wireless yang bisa saya nikmati dari apartment, saya malah banyak bisa lebih belajar mendalami segala hal termasuk berkaitan dengan Islam. Jujur saja saya sempat merasa kehilangan Aa Gym pasca "pengadilan khalayak" atas poligaminya. Bagi saya, poligami itu urusan pribadi ... bukan urusan saya dan publik. Sama halnya kalo sampeyan mau buka situs porno, jajan atau sexual activities lainnya (bahwa sampeyan hyper, over, maniac, hermaphrodite, addict, homosexual ... whatever!) Mungkin ini terinfiltrasi pemikiran di sini yang cenderung liberal ya he ...
Secara jujur ... apa sih yang salah dengan poligami? Kenapa orang sampai begitu bencinya. Jika itu dipandang menyakiti dan menistakan perempuan .. ajak ngomong dong mereka pelaku poligami ... gimana Bu, Tan, Hajjah, madame, Cik, nyonya, nyai? ... Ekspose itu ke publik biar fair jangan cuma berbicara dengan asumsi. Nyatanya, dalam pandangan saya, istri-istri Aa Gym nggak ada yang merasa disakiti. Istri-istri Puspowardoyo juga tenang-tenang aja ngurus waralabanya yang makin maju dan berkembang. Ada apa sih dengan masyarakat kita, khususnya orang-orang pinter yang teriak-teriak tentang poligami tapi nggak tahu keluarganya kayak apa? hehehe .... Saya bukan simpatisan poligami cuma rasanya nggak adil saja memberikan vonis tanpa pandangan yang berimbang. Bukannya nikah itu hak asasi dan legal ketimbang serong, zina dan main belakang? hehehe ... Jangan-jangan jaman udah mulai kelipet-lipet .. yang ada dan jelas aturannya dipermasalahkan yang enggak ada aturannya dibiarin berlalu saja ... naudzubillah!
Kembali ke Aa Gym -tanpa wacana poligami-, bagi saya dia adalah pendakwah yang provokatif dalam arti positif. Setiap butir hikmah yang diucapkannya selalu dibarengi dengan contoh kecil, sederhana serta diakhiri dengan ajakan untuk melakukannya guna menyempurnakan perbuatan. Satu yang paling saya ingat (ada di youtube juga tentang ETIKA BISNIS DALAM ISLAM 1-9 dan Pengajian Istiqlal Nuzulul Qur'an jaman Mbak Mega jadi presiden) adalah bahwa di Indonesia haji banyak, pejabat banyak, pengusaha banyak, kyai banyak, da'i banyak, yang puasa banyak, yang sholat banyak yang jarang mah orang yang JUJUR! Kalau kita cermati inilah sebenarnya KRISIS yang permanen yang menyebabkan mengapa bangsa kita tidak pernah maju-maju. Kata si Aa', sulit mencari orang jujur di Indonesia meski kebanyakan penduduknya beragama Islam (ih ... jadi malu). Entah karena sistem, hobby, keturunan atau alasan lain yang dicari, tapi ini menunjukkan kelemahan manusia sebagai subyek yang bisa mengubah atau mengatur dan menciptakan sistem (obyek). Aneh kan ? Atau semua itu cuma alasan saja untuk menutupi ketidakberdayaan dan kenikmatan karena tidak jujurnya he ...
Padahal ketidakjujuran itu akan menimbulkan ketidakjujuran yang berantai di belakangnya untuk menutupi atau membuat alibi atas ketidakjujurannya ... lie after lie ... sin after sin .. disaster after disaster ... dan buntutnya adalah bencana, kerugian bagi orang banyak. Sebuah jembatan yang baru dibangun kurang dari setahun tiba-tiba runtuh ... menimbulkan kerugian harta benda dan jiwa karena rusaknya kendaraan yang sedang melintas serta para nyawa para penumpang yang ada di dalamnya. Belum lagi kerugian ekonomi jangka panjang karena terputusnya akses karena runtuhnya jembatan itu. Selidik punya selidik .. spesifikasi jembatan tidak sesuai standar karena materialnya disunat ... dipotong oleh kontraktornya ... untuk apa? Untuk upeti pejabat, pelicin tender, keamanan, selamatan ... denger-denger sih ... anggaran 100 %, 15 % sudah disisihkan duluan buat ngamplopin si pemeriksa entar (duit darimana lagi kalo nggak motong dari proyek he .. apa mau iuran buat nyangoni si pemeriksa?). Jadilah 85 % persen nilai proyek riil ... dan berebutlah para kontraktor untuk memenangkan tender (tentunya dengan berbagai strategi .. suap, parcel, paket atau kadang intimidasi dan premanisme). Berapa nilai proyeknya, apa 85 %? Jelas nggak ... siapa lagi yang musti kebagian rejeki kalo bukan para bos pengambil keputusan yang tanda tangannya penting buat memutuskan setiap kebijakan. Kata Prof. Eko mantan rektor UNDIP yang lucu itu .. pernah bikin pantun sindiran ... banyak ruang .. banyak AC ... banyak uang ... banyak ACC ... hehehe ... Artinya, makin banyak tanda tangan atau ACC makin banyak tuh upeti yang masuk hehehe ... (wallahu'alam wong saya belum pernah jadi pejabat .. ini aja suara dari seorang pejabat). Katakan nilai proyek yang sampai ke kontraktor 60 % lantas berapa persen nilai riil proyek di lapangan dikurangi biaya upeti dan lobby untuk meloloskan tender ... keuntungan perusahaan ... ini itu ... jadi berapa dong? Paling banter 50 % dari nilai proyek yang dibiayai oleh APBD/APBN .. jadi intinya? Ya wajar aja banyak proyek yang gagal atau tidak berumur panjang. Lihatlah SD Inpres yang dibangun di era 1980-an atas hasil boom harga minyak dunia, bagaimana kondisinya sekarang? Masihkah ada yang nyaman untuk digunakan dalam proses belajar-mengajar? Masak kalah sama bangunan reservoir, jembatan sama gedung-gedung tua buatan jaman Belanda ...
Jembatan, sekolah atau proyek apapun menunjukkan bukti bahwa ketidakjujuran pasti akan terbuka di kemudian hari dengan bencana dan kerugian bagi banyak orang. Dalam kasus jembatan runtuh ... selain sang kontraktor bisa terjerat kasus hukum (yang bakalan juga butuh biaya dan tenaga) bisa-bisa dia juga harus mengganti dengan jembatan yang baru dan lebih baik. Niat untung malah bisa jadi buntung kan?
Kembali ke Aa Gym ... betapa dengan retorika yang sederhana, bagi saya Aa menyadarkan kita untuk kembali kepada basis ajaran agama dan kehidupan mengenai kejujuran, kasih sayang .. kesahajaan .. Banyak riwayat tentang orang jujur yang memberikan manfaat bagi orang banyak. Orang jujur itu merdeka, tidak perlu pusing bikin topeng untuk menutup kekurangan dirinya, lugas, apa adanya dan tidak perlu dibuat-buat ... setiap ucapannya menyejukkan hati, paras mukanyanya riang karena tidak mendendam, bersiasat atau menyimpan sesuatu ... tindakannya tulus, penghormatan kepada setiap orang dilandasi nilai universalitas sebagai manusia, bukan ingin mengharapkan pujian atau pemberian orang lain, bukan pula karena menjilat. Tapi ini yang sekarang jarang kita jumpai .. dan kebalikkannya malah menjadi sesuatu yang lumrah dan ditoleransi. Kejujuran menjadi sesuatu yang sangat mahal karena orang sudah tidak mampu lagi berbuat jujur. Bahkan sampai ada bebasan ... jujur iku ajur .. artinya jujur itu hancur, apalagi ini? Sepertinya dunia betul-betul sudah terbalik ... ketidak jujuran disanjung sementara kejujuran disiakan.
Mau jadi apa kita semua apabila nilai-nilai kejujuran sudah tidak melekat pada diri sanubari kita? Manakala bohong sudah menjadi gaya hidup ... kita hanya tinggal menuai konflik, kerugian dan kehancuran di kemudian hari. Dan suara seorang Aa Gym laksana menggarami lautan karena hanya sedikit orang yang mau berpaling dan percaya ... Namun bagi saya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya Aa Gym adalah pembawa pesan kehidupan yang tulus yang mengajak kita sebagai manusia terjaga dalam kesadaran kemanusiaan kita, dengan berpikir, berkata dan berbuat JUJUR kepada siapapun, termasuk kepada diri kita sendiri.
Sudahkah kita berani untuk JUJUR pada diri kita sendiri?
Mari kita memulainya ...
Wallahu'alam bishawab.

No comments: